PADI

PADI was originally one of the campus bands in Airlangga University (Unair), Surabaya. The band consists of Andi Fadly Arifuddin (Fadly, vocalist), Satriyo Yudhi Wahono (Piyu, guitarist), Ari Tri Sosianto (Ari, guitarist), Rindra Risyanto Noor (Rindra, bassist), and Surendro Prasetyo (Yoyok, drummer).

Padi They were called SODA before eventually dubbed as PADI. The band first performed at a gig at Unair’s Faculty of Law, October 1996, and formally known as PADI in April 8, 1997. Yoyok, the drummer, proposed the name PADI, Indonesian for “rice”. It was not only inspired by the philosophy of rice, which bows even further down when ripen, a symbol for modesty. But also by the fact that it is Indonesian staple food that everybody could enjoy. From peasants, little kids, to the executives. Though PADI’s name is often associated with something “boorish”, being the food for the poor, PADI has a very down-to-earth sense. In their perspective, PADI is also the symbol for prosperity

Each member came from various backgrounds. The five of them did not simply meet and instantly form a band. It was first Piyu and Ari who got together. Shortly, Ari invited Rindra to join them as bassist; both Ari and Rindra once band-mate in a band called WARNA. Afterwards, they found the vocalist, Fadly, and drummer, Yoyok. Fadly, who first admired Ari’s guitar playing during his band’s performance at a campus gig, initially offered to play bass for Ari’s band; if they needed one (Fadly had been playing bass since he was in senior high school).

There is no doubt for PADI’s individual skill. Piyu, formerly a member of a rock band Crystal Band, was a guitar technician for a well know Indonesian band. Piyu had been taken with guitar playing since senior high school, and his talent in songwriting is irrefutable. Scores of PADI’s hit singles came from his hands. As a bass player, Rindra’s talent is also beyond doubt, as he won Best Bassist in 1992. And as for Yoyok, everybody knows the former Andromeda’s drummer was dubbed 1998 Indonesia’s Best Drummer.

The journey they had to take before being a solid, established band as today was not an easy one. They started from scratch, with all the ups-and-downs of struggling for existence, being rejected numerous times by major labels. Faced with so much rejection did not make them lose their hope, however. It encouraged them even more to make more demos and traveled all the way from Surabaya to Jakarta, delivering them themselves. Having to sleep on railway carriages' connecting area as all tickets were sold out, having to bear with stale rice because when they bought some food on the train they got food with a stale rice, because they are so starving finally they have to eat the food that didn't contain the stale rice. Those were some experiences not unfamiliar to them at the time.

There was an occasion where Piyu said, "A band player should know what a hard life is like before being famous. Enduring such hard life could prepare us to have a sense of survival, and, eventually, would be able to keep our existence our own world".

The S.I.G.I.T

Band yang mengusung garage rock dengan tampilan seadanya yang dibentuk ketika zaman sekolah setingkat SMP antar teman saling bertemu diantaranya yaitu Rekti, Adit dan Acil yang kemudian membentuk sebuah band yang mengusung ciri khas dengan sound dari mulai The Stone Roses sampai dengan Led Zeppelin, dimana personil band yang selama itu ada saling silih berganti, ada yang datang ada yang pergi, dengan, kemudian pada tahun 2002, Farri datang ke dalam band tersebut, dengan kemampuannya dalam “recording dan arranging” dimulailah mereka untuk menciptakan lagunya mereka.
Band tersebut yang dikenal sebagai THE. S.I.G.I.T (The Super Insurgent Group Of Interperence Talent), yang pernah tampil dalam salah satu acara di stasiun televise swasta nasional ini kemudian mereuskan kiprahnya dalam membuat mini album dengan recording SPILLS Record, yang diberi judul “SELF TITTLED”, dengan single pertamanya yang berjudul “SOUL SISTER”, menjadi
hits di radio-radio kota Bandung dan Jakarta yang kemudian dianugerahi sebagai “The Hottest Rock N Roll Band” oleh majalah MTV TRAX, Selain itu juga dengan masuk sebagai salah satu OST. Catatan Akhir Sekolah dengan melalui single “Did I Ask Your Opinion?” menjadi saalh satu jalan untuk menjadi single pertama yang di-“broadcast” oleh MTV Indonesia. Tidak lama kemudian mereka meninggalkan SPILLS Record untuk kembali pada “roots” semula dengan membuat demo sendiri dan “low budget” serta “DIY Ethics” yang tetap menjadi suatu ideal bagi mereka.
Sekitar tahun 2005, menjadi tahun yang begitu berat dikarenakan dengan ”budget” yang dimiliki belum memenuhi untuk melakukan “recording” walaupun dibantu oleh para “gigs” yang menjadi pasukan mereka atau biasa disebut insurgent army, akhirnya mereka membuat beberapa material lagu yang memiliki muatan yang kuat.
Keseriusan mereka akhirnya terjawab sekitaran tahun 2006 dengan adanya tawaran “recording dari label local yang bersifat independent yaitu FFWD Records yang memiliki konsentrasi dalam merilis album yang bermuatan pop act seperti mocca, club 8, akhirnya mereka membuat album dibawah label FFCUTS Records yang merupakan naungan dari FFWD Records, sebuah divisi yang berkonsentrasi pada musik ROCK. Kemudian album mereka “launch” apda tanggal 26 Desember 2006 dengan hasil “sold out”. Kemudian kabar terakhir yang diketahui mengenai perkembangan mereka sekitaran April 2007, empat track “EP” tealah dirilis di Australia diatas bendera CAVEMAN!Records & Reverberation Dist. Dimana “EP” ini merupakan salah satu pembuka bagi THE.S.I.G.I.T. terhadap para pencinta ROCK di Australia sebelum merilis FULL LENGTH ALBUM dibulan Juni 2007, Dimana salah satu singlenya dengan tittled “BLACK AMPLIFIER” mendapat sorotan media dari Australia dan U.K serta beberapa band internasional seperti Dirty Pretty Things, Soledad Brothers & Mando Diao serta Jet memperhatikan THE. S.I.G.I.T. memiliki nilai potensial untuk menjadi band yang lebih go internasional dari kawasan asia.


THE SIGIT (EP) – SPILLS ECORD – 2004,
VIDEO READY O – DVD compilation kids of riots substreo – 2005,
OST. Catatan Akhir Sekolah – FFWD Records – 2005,
VISIBLE IDEA OF PERFECTION - FFWD Records – 2006,
BLACK AMPLIFIER - CAVEMAN!Records & Reverberation Dist.- 2007,
VISIBLE IDEA OF PERFECTION - CAVEMAN!Records & Reverberation Dist.- 2007.

Oppie Andaresta

memiliki nama asli Ovie Ariesta dan dilahirkan di Jakarta pada 20 Januari 1971. Wanita berdarah Padang yang lahir dari komunitas potlot ini dikenal banyak membawakan lagu-lagu bernuansa kritik sosial,
memulai kariernya sebagai Ovie, pada 1990 'bidadari badung' ini pernah merilis single Satu Macam Saja dengan nuansa pop-rock. dia juga sempat duet dengan Mayangsari lalu bertrio dengan Mayangsari dan Lady Avisha membawakan lagu-lagu slow rock.
Namanya mulai melejit kala merilis album pertamanya sebagai Oppie Andaresta yang bertajuk Albumnya Oppie pada 1993. Judul album yang tepat, karena selain diproduseri sendiri, lagu-lagunya juga sebagian ditulis sendiri, dan warna musiknya memang beda dengan yang selama ini dibawakan 'Ovie'. Single andalannya "Cuma Khayalan" langsung menjadi hits kala itu. Tembang andalan lain dari album ini adalah "Cuma Karena Aku Perempuan" dan "Pasir Putih".
Oppie kemudian merilis album Bidadari Badung pada 1995 dengan menawarkan sentuhan rock n' roll blues ala potlot. album yang menurut saya adalah album terbaik seorang oppie andaresta, lalu disusul album Berubah pada 1998.
cukup lama oppie vakum setelah album ketiga tersebut dan namanya semakin jarang terdengar di kalangan pecinta musik tanah air. mungkin salah satu penyebabnya adalah karenaOppie menikah dengan Kurt Kaler, warga negara Amerika keturunan Jerman pada 23 September 2000 di Mesjid Pondok Indah, Jakarta Selatan.
hingga pada 2001 di Album keempatnya, Hitam Ke Putih, Oppie berubah menjadi lebih dewasa. Album yang berisi 20 lagu dengan dua single andalan yang berjudul "Hanya Kau Yang Bisa" dan "Aku Pernah" ini perilisannya sempat dicekal pihak Kejaksaan Negeri dengan alasan yang tidak pasti.
Tahun 2003 Oppie kembali merilis album bertajuk Lagu Bagusnya Oppie, kali ini dengan menggandeng Universal Music Indonesia. Album ini berisi dua lagu terbaru, "Bintang Jatuh" dan "Asal Tau Sama Tau" serta 10 lagu terdahulu dengan aransemen baru. Lagu-lagunya yang dulu kondang seperti "Cuma Khayalan", "Na Na Na", "Untung VS Buntung", "Ingat-Ingat Pesan Mama", dan "Cuma Karena Aku Perempuan" hadir di Lagu Bagusnya Oppie. Namun tak satu pun lagu dari album keempat, Hitam ke Putih yang dimunculkannya. Alasannya, muatan lagu-lagu di Hitam ke Putih yang beredar dua tahun lalu masih fresh dalam konsep sound dan aransemennya.
Di awal tahun 2009 ini, Oppie kembali meluncurkan singel "I Am Single, I Am Very Happy". Yang berbeda dengan sebelumnya, Oppie tidak merilis album, melainkan hanya singel. Hal ini lantaran keprihatinannya akan tingkat pembajakan album yang cukup tinggi di Indonesia.

--Satu Macam Saja (1990) - single
--Albumnya Oppie (1993)
--Bidadari Badung (1995)
--Berubah (1998)
--Hitam Ke Putih (2001)
--Lagu Bagusnya Oppie (2003)
--I Am Single, I Am Very Happy (2009)

Judas Priest

Judas Priest is the surviving elder prophet of the metal tribes. This English quintet didn't invent a single move, mind you, but its mid-'70s sound codified the previous five years or so of metallic developments, minus any significant blues content. The rigid, intense music was a key influence on the accelerating speed-metal hordes of the 1980s. Since then, Judas Priest has refined its attack with a near-religious zeal. Lead singer Rob Halford can match the range and sharp impact of Robert Plant, but his shrieks and moans aren't nearly as deep. No matter: Glenn Tipton and K. K. Downing trade solos in a dueling-guitar approach, and their best tandem riffs give the Priest a hooky, driving momentum that's usually absent in metal's doomy end. And make no mistake, these guys are doom-oriented; Judas Priest pumped out apocalyptic epics like "Island of Domination" (from the RCA best-of collection) and "Dissident Aggressor" (from Sin After Sin) when Metallica and its followers were still in junior high, and both albums contain the group's mincing desecration of Joan Baez's "Diamonds and Rust" (in case anybody thought this music genre lacks a sense of humor).

With its exaggerated leather-'n'-studs theatrical bent and polished musical consistency, Judas Priest encapsulates the metal experience for true believers. There were bigger, better bands pushing hard rock in more interesting directions (AC/DC, Zeppelin, Van Halen, etc.) but by the time Hell Bent for Leather was released, Judas Priest could be counted on to fully represent the standard metal sound of the moment. No surprises ever. Every Columbia album sports at least one tuneful, surefire drive-time rocker, though. British Steel kicked off the '80s with the fierce "Breaking the Law" and the rollicking, Kiss-like pop of "Living After Midnight," while the coming wave of hair metal found a blueprint in "United," a ready-made anthem for Bon Jovi. Screaming for Vengeance maxes out with "Freewheel Burning" (catchy, whatever the hell it means) and the campy send-ups that raised Tipper Gore's foolish ire: "Eat Me Alive" and "Love Bites."

By 1985, the Birmingham rockers had fully implemented the speed-metal tempo they inspired. Priest backed off just a touch on Turbo, adding guitar synthesizers, but the high-speed Painkiller defied the power-ballad imperative that ultimately killed off the '80s pop-metal scene. And who better than Judas Priest? In the early '90s, Halford quit the band for a more experimental solo career that touched on grunge and industrial rock. Judas Priest was in limbo until Tipton and Downing took the bizarre step, in 1996, of recruiting Halford's replacement from a Priest tribute band in Akron (a story crazy enough to inspire the 2001 Mark Wahlberg movie Rock Star). Tim "Ripper" Owens had all the right moves and a voice that could pierce eardrums, but on Jugulator, he still sounded like a man who sang for a cover band. Demolition was much stronger. Priest stretched out with electronic effects at the margins; on the stormy "Hell Is Home," Owens sounded increasingly like Metallica's James Hetfield. But if Owens had any lyrics in him, songwriters Tipton and Downing don't leave him much room. And the dream was soon over anyway because Halford was back as frontman in 2003. The entire Columbia catalogue was reissued in 2001, with bonus studio and live tracks, and the box set Metalogy gathered 65 songs and a live DVD, making a powerful case for Priest's influence and longevity for new generations of needy heshers, but the small number of previously unreleased songs included here are unessential and beside the point. As long as there's heavy metal, Judas Priest will continue to administer the rites of passage to an eager audience.

From 2004's The New Rolling Stone Album Guide



Bluekuthuq

Group musik yang didirikan pada tahun 1991 ini pada awalnya hanya merupakan band sekolah.Band ini dibentuk sekedar untuk menyalurkan hobi saja tanpa ada maksud tertentu,hal ini dikarenakan keterbatasan skill para personilnya.Pada awalnya mereka mengisi acara di lingkup sekolahan dimana pada awalnya mereka memainkan musik jenis thrash metal/pokoknya metal.
Nama Bluekuthuq dipakai karena spontanitas belaka tanpa ada makna luas yang berakibat perpecahan umat.mereka pakai nama itu karena terdengar lucu dan kocak,sampai sekarang pun nama tidak memiliki arti khusus buat para personilnya.
Baru pada tahun 1993 selepas lulus SMA Bluekuthuq mulai masuk acara di kampus dengan langsung memainkan musik mereka sendiri.Pilihan mereka memainkan lagu sendiri dikarenakan keterbatasan skill.Pinginnya mereka memainkan lagu mirip dream theater tapi apa daya tangan tak sampai buru buru beli alat, buat ongkos sewa studio aja ngamen dulu.
Seiring dengan waktu pada tahun 1995 Bluekuthuq membuat album sendiri yang berisikan 11 lagu. Dimana pada saat itu dengan titel Bluekuthuq black cover album sempat beredar 200 keping.Meski terjual relatif sedikit namun album indie ini memberikan efek samping yang luar biasa karena album ini ternyata banyak beredar di luar kota surabaya,Sehingga nama Bluekuthuq mulai dikenal lebih luas diluar kota surabaya dan berkesempatan untuk tampil dibeberapa acara musik diluar kota surabaya khususnya di kampus-kampus.
Pada tahun 1997 Bluekuthuq membuat loncatan baru dengan ikut serta kompilasi metalik klinik I yang diproduksi oleh rotorcorp-musica record.Dimana lagu ngerap berhasil masuk dalam tangga lagu di radio radio swasta di indonesia.
Sudah tidak terhitung lagi pergantian personil dan jumlah album yang dikeluarkan oleh Bluekuthuq sejak berdirinya sampai sekarang.tapi pada tahun 2009 ini Bluekuthuq akan mengeluarkan sejumlah lagu baru dalam satu album

Jeff Beck

Jeff Beck adalah gitaris Inggris yang pernah bergabung dengan The Yardbirds dan membentuk Jeff Beck Group. Dia kemudian menjalankan kari solo yang panjang.
Dia merupakan salah satu gitaris 1960an yang bereksperimen dengan electronic distortion (terdengar dalam album Yardbirds Roger the Engineer tahun 1966) yang membuat definisi baru sound dan peranan gitar elektrik dalam musik rock. Mereka mengantisipasi apa yang kemudian dieksplorasi Jimi Hendrix.

Kelemahan Beck terletak pada kesulitan penyesuaian kemampuan instrumental diri sendiri dalam kimiawi grup. Mungkin satu-satunya grup yang sanggup mengimbangi kemampuannya adalah Jeff Beck Group, namun dominasinya yang berlebihan membubarkan grup setelah membuat dua album. Belakangan ini, dia menyerap pengaruh techno dan menciptakan satu paduan gitar rock dan elektronika yang disebut sebagai electro guitar.

Seperti musisi rock 1960an yang lain, Jeff Beck mulai berkarir sebagai gitaris sessi di London. Dia bergabung dengan The Yardbirds yang ditinggal Eric Clapton pada tahun 1965 dan bersama Jimmy Page memainkan gitar dual-lead. Keberadaan dia menghasilkan banyak hits untuk Yardbirds. Namun setelah 18 bulan, dia meninggalkan band ini karena stres.

Tahun berikutnya, Beck membentuk Jeff Beck Group dengan merekruit Rod Stewart pada vokal, Ron Wood pada bass, Mick Waller pada drums dan Nicky Hopkins pada piano. Jeff Beck Group membuat dua album, Truth (1968) dan Beck-Ola (1969). Ketidak-cocokan antara mereka mengakibatkan Rod Stewart dan Ron Wood berpaling ke The Faces. Truth menginspirasikan Jimmy Page untuk membuat Led Zeppelin I.

Jeff Beck membubarkan Jeff Beck Group pada tahun 1972 dan membentuk power trio yang bernama Beck, Bogert, and Appice, dengan Tim Bogert pada bass dan Carmine Appice pada drums. Tidak mendapat perhatian pers, grup cepat bubar, meskipun menghasilkan satu hit dengan sebuah cover lagu Stevie Wonder - "Superstition". Beck di kemudian hari bermain gitar lead dalam album Stevie Wonder, Talking Book.

Selanjutnya pada tahun 1975, Beck membuat album solo instrumental bergaya jazz fusion dengan judul Blow by Blow. Blow by Blow disambut positif oleh pers dan pendengar dan menempati posisi ke 4 di chart AS. Tahun berikutnya, Beck berkolaborasi dengan keyboardist Jan Hammer dan membuat Wired dengan konsep yang sama dan meraih kesuksesan yang sama

Selama 1980an dan 1990an, Jeff Beck membuat album secara sporadis, antara lain Flash (1985) (menampilkan Rod Stewart dan Jan Hammer), Guitar Shop (1989), Crazy Legs (1993) dan Who Else (1999).

Tahun 2001, lagu “Dirty Mind” dari You Had It Coming memenangkan Grammy Award ketiga buat Beck dalam kategori “Best Rock Instrumental Performance”. Tahun 2003, album berjudul Jeff menunjukkan Jeff Beck tetap memainkan gaya electro guitar yang dimainkan dia dalam dua album terakhir, dan lagu “Plan B” memenangkan dia Grammy Award keempat dalam kategori yang sama.

Discography

Album

1968 Truth
1969 Beck-Ola
1971 Rough and Ready
1972 Jeff Beck Group
1973 Beck Bogert & Appice
1975 Blow by Blow
1976 Wired
1977 Beff Jeck With the Jan Hammer Group Live (Live)
1980 There and Back
1985 Flash
1989 Jeff Beck's Guitar Shop
1992 Frankie's House
1993 Crazy Legs
1999 Who Else!
2001 You Had It Coming
2003 Jeff

Sex Pistols

Sex Pistols adalah band yang paling radikal dari dekade 1970an. Mereka merupakan ikon punk yang dikenal luas. Citra, musik dan lirik mereka yang vulgar namun penuh dengan humor meninggalkan kesan yang dalam ke masyarakat melalui karir yang singkat.

Vokalis Steve Jones, drummer Paul Cook dan gitaris Wally Nightingle sebelumnya bermain bersama band The Strand. Mereka sering bermain ke toko busana milik Malcolm McLaren yang saat itu bernama Let It Rock. Mengetahui McLaren mempunyai banyak koneksi dalam industri musik, Jones menawarkan dia untuk menangani bandnya namun McLaren tidak tertarik.

The Strand berganti nama dan personil pada tahun 1975. Glen Matlock menggantikan Wally Nightingale dan memegang bass, Steve Jones mengambil alih posisi gitar dan Johnny Rotten yang sering memakai t-shirt "I Hate Pink Floyd" dan sering nongkrong di toko yang sudah berubah nama menjadi SEX Boutique itu diajak beraudisi. Rotten membawakan "Eighteen" dari Alice Cooper dan dinyatakan lulus.

Malcolm McLaren kemudian setuju menangani band dan membuat sederetan nama – Le Bomb, Subterraneans, The Damned, Beyond, Teenage Novel dan QT Jones and his Sex Pistols. Akhirnya QT Jones dihilangkan dan Sex Pistols digunakan. Dibawah pengarahan McLaren, band memainkan musik sederhana berbasis chord seperti The New York Dolls dan The Ramones. McLaren memberikan Steve Jones gitar Les Paul yang pernah dipakai Sylvain Sylvain dari The New York Dolls dan Richard Hell dari Television. Keduanya adalah figur punk kota New York.

Sex Pistols memainkan gig pertama di St. Martin’s School of Art di London pada Nopember 1975 dan melanjutkan pertunjukan-pertunjukan di kampus dan sekolah seni selama 1975 dan 1976. Setelah itu, mereka mulai bermain di klub dan pub seperti 100 Club dan The Nashville. Pada September 1976, mereka tampil dalam konser pertama diluar Inggris dalam acara pembukaan klub De Chalet Du Lac di Paris. Setelah itu, band menjalankan tur pertama Inggris dari September hingga Oktober, termasuk pertunjukan di penjara Chelmsford. Saat itu, Sex Pistols mulai menarik perhatian EMI.

Setelah mengambil bagian dari festival punk pertama di London di 100 Club, Oxford Street, Sex Pistols menandatangani kontrak dengan EMI. Single pertama mereka, "Anarchy in the UK", dirilis 26 Nopember 1976 dan langsung menjadi sebuah simbol kemarahan yang penuh dengan energi. Meskipun ada anggapan band punk "tidak bisa" main, rekaman live Sex Pistols saat itu menunjukan mereka merupakan band live yang mantap.

Setelah selesainya "Anarchy Tour" pada Desember 1976, EMI merasa Sex Pistols terlalu berbahaya untuk menampil di Inggris. Mereka menciptakan beberapa gig di Paradiso di Amsterdam pada Januari 1977 untuk Sex Pistols. Sekembali ke London, band mendapat publisitas negatif dan EMI pun melepaskan mereka. Gig Paradiso merupakan gig terakhir Sex Pistols dengan Glen Matlock. Matlock dipecat bulan Pebruari dengan alasan legendaris punk karena menyukai The Beatles, meskipun dalam wawancara tahun 2002 Steve Jones mengungkapkan alasan sebenarnya adalah Matlock terlalu sering mencuci kaki, sedangkan Matlock sendiri mengatakan pengunduran itu atas kemauan diri sendiri (mungkin karena tidak cocok dengan Johnny Rotten).

Posisi Matlock diisi Sid Vicious, teman Johnny Rotten dari The Flowers of Romance dan seorang penggemar besar Sex Pistols. Meskipun sangat terbatas kemampuan rmusikalnya, Sid Vicous direkruit McLaren karena memiliki penampilan dan "attitude" punk yang kental. Menurut biografi Sex Pistols England's Dreaming yang ditulis Jon Savage, amplifier Vicious selalu dimatikan sewaktu live dan sewaktu rekaman, bagian bass kebanyakan dimainkan Steve Jones atau Glen Matlock, yang kembali menjadi musisi sessi. Sid Vicious pertama kali tampil dengan Sex Pistols pada 3 April 1977 di Screen on the Green, London.

Setelah ditendang EMI, Sex Pistols bergabung ke A&M pada 10 Maret 1977 dengan melakukan upacara penandatanganan diluar Buckingham Palace. Mereka kemudian berpesta ke kantor A&M dan secara vulgar mengotori ruang direksi. Akibat dari itu, A&M mengeluarkan Sex Pistols pada minggu berikutnya. Tanggal 12 Mei, Sex Pistols menandatangani kontrak ketiga dan terakhir dengan Virgin Records, dengan perjanjian pengontrolan artistik total oleh Virgin.

Bulan itu, Sex Pistols merilis single kedua "God Save the Queen", sebuah lagu yang menyerang keluarga monarki. "God Save the Queen" langsung diblokir oleh Radio 1 milik BBC, namun single tersebut meroket ke posisi no. 2 di beberapa chart Inggris, meskipun ada chart yang mengosongkan posisi kedua mereka. Banyak pihak yang percaya dan menunjukan bukti bahwa single tersebut sebenarnya mencapai posisi no. 1, hanya diatur sedemikian rupa untuk menghindari pandangan negatif terhadap keluarga monarki.

Sementara itu, Sex Pistols terus menghangatkan suasana dengan menyewakan sebuah kapal dan berlayar di sungai Thames. Mereka melewati Westminster dan Houses of Parliament dan melakukan pertunjukan live. Aksi diakhiri dengan kerusuhan. Kapal digerebek polisi meskipun sudah mengantongi izin pertunjukan. Malcolm McLaren, anggota Sex Pistols dan semua orang yang berada dalam kapal ditahan. Peristiwa Sex Pistols ini dianggap berbagai pihak sebagai aksi yang menyenangkan dan cara publisitas yang hebat, tapi ada pihak yang tidak dapat menerimanya terutama kaum pro-royalist yang tidak menanggapi humor Sex Pistols. Mereka menyerang para penonton. Johnny Rotten dilukai geng Teddy Boys diluar Pegasus pub sehingga tur Scandinavia ditunda. Tur Inggris selanjutnya pun dilakukan secara rahasia dengan slogan SPOTS (Sex Pistols On Tour Secretly) untuk menghindari pembatalan dari pihak berwajib.

Single-single Sex Pistols kemudian dikumpul dan dijadikan album pertama, Never Mind the Bollocks Here's the Sex Pistols, yang dirilis 28 Oktober 1977. Sampul album yang mengandung kata "bollock" menimbulkan masalah lagi. Satu toko di Nottingham dituntut karena memajangkan album tersebut di kaca, sampai akhirnya profesor bahasa dari University of Nottingham diundang untuk membuktikan kata "bollock" dalam judul album hanya dalam konteks "omong kosong", bukan slang untuk buah zakar pria.

Pertunjukan terakhir Sex Pistols di Inggris diadakan di Ivanhoe's, Huddersfield pada hari Natal 1977 untuk kepentingan anggota pemadam kebakaran yang sedang melakukan aksi mogok kerja. Rencana tur ke Amerika yang dimulai dengan penampilan di Saturday Night Live tidak dapat direalisasikan karena belum mendapatkan paspor, akibat pelanggaran hukum anggota Sex Pistols. Elvis Costello berangkat ke Amerika menggantikan mereka.

Awal 1978, tur ke AS kembali dikoordinisir Malcolm McLaren. Tur yang berlangsung dua minggu itu kacau balau akibat perencanaan yang kurang matang. Sid Vicious dipukuli pengawal yang seharusnya menjaga dia, Johnny Rotten jatuh sakit dan pertunjukan dikecewai oleh sound system yang jelek dan audiens yang hostil. Pada akhir show di Winterland, San Francisco, Rotten yang sudah disilusi menanyakan audiens sebuah pertanyaan yang terkenal, "Pernah merasa anda dibohongi?", sebelum meninggalkan panggung. Rotten mengumumkan pembubaran Sex Pistols. McLaren, Paul Cook dan Steve Jones berangkat berlibur ke Brasil dan Sid Vicious berangkat ke New York, meninggalkan Rotten sendirian di Amerika tanpa tiket pesawat. Akhirnya Warner Brothers membayar tiket Rotten ke London dan mengontrak dia sebagai artis solo.

Musim panas 1978, Steve Jones dan Paul Cook membantu Malcolm McLaren membuat film dan soundtrack The Great Rock `n` Roll Swindle, yang merupakan karya fiktif McLaren atas sejarah Sex Pistols. Jones dan Cook merekam beberapa track tanpa Rotten.

Setelah Sex Pistols bubar, Johnny Rotten kembali menggunakan nama aslinya John Lydon dan membentuk Public Image Ltd (PIL). PIL dikontrak Virgin untuk Inggris dan Warner Brothers untuk Amerika. Sid Vicious menetap di New York menjadi artis solo dan merekam sebuah album. Dia ditahan Oktober 1978 atas tuduhan membunuh pacarnya Nancy Spungen di New York City dan meninggal pada Pebruari 1979 dari overdosis heroin sebelum kasusnya disidangkan. Steve Jones dan Paul Cook membentuk The Professionals dengan sound yang mirip dengan rekaman Pistols paska Rotten, namun band baru ini disfungsi setelah kecelakaan mobil yang melukai beberapa anggota band. Malcolm McLaren kemudian menangani Adam and the Ants dan Bow Wow Wow dan sempat membuat beberapa hits atas namanya sendiri.

Pada tahun 2005, Sex Pistols dinobatkan ke Rock and Roll Hall of Fame. Dalam upacara yang diimpikan banyak artis rock, Sex Pistols menunjukan sifat punk mereka yang tulen dengan menolak hadir dan bahkan mengirimkan fax yang menghujat kekomersilan institusi tersebut. Akan tetapi, pihak penitia Hall of Fame tidak tersinggung dan dengan senyum membacakan fax mereka diatas panggung dan memuji attitude punk mereka.

Discography

Album
1977 Never Mind the Bollocks Here's the Sex Pistols
1979 The Great Rock `n` Roll Swindle

Single
1976 Anarchy in the UK
1977 God Save the Queen
1977 Pretty Vacant
1977 Holidays in the Sun
1978 No One Is Innocent
1979 Something Else
1979 Silly Thing
1979 C'mon Everybody
1979 The Great Rock 'n' Roll Swindle
1980 (I'm Not Your) Stepping Stone
1996 Pretty Vacant" (live)

by http://gruprock.com

Black Sabbath

Black Sabbath adalah band pelopor heavy metal yang bercitra horor dan kesetanan. Mereka kurang disukai kritikus namun pengaruhnya ke genre heavy metal menempati posisi kedua setelah Led Zeppelin.

Dibentuk di Birmingham, Inggris tahun 1968, Black Sabbath terdiri dari anggota yang diperngaruhi musik yang berbeda. Gitaris Tony Iommi dipengaruhi Hank Marvin dari The Shadows dan gitarist jazz Django Reinhardt, drummer Bill Ward dipengaruhi drummer jazz Buddy Rich dan Gene Krupa, bassist Terrance "Geezer" Butler dipengaruhi bassist Jack Bruce dari Cream dan vokalis Ozzy Osbourne dipengaruhi musik The Beatles. Pada awal karir, mereka memainkan musik blues, jazz dan rock dan meng-cover lagu Jimi Hendrix, Blue Cheer dan Cream.

Bassist Terrance "Geezer" Butler adalah seorang penggemar novel black magic. Dia menuliskan sebuah lagu yang diberi judul "Black Sabbath" yang kemudian dijadikan nama band. Ketika band sedang berlatih dalam studio yang terletak di seberang sebuah sinema yang sedang memainkan film horor, Iommi terinspirasi dan menganjurkan band mengarah ke music yang gelap dan menakutkan.

Iommi yang dua ujung jarinya terpotong sewaktu bekerja di pabrik besi men-downtune gitar Gibson-nya dari standar E ke C# supaya kelenggangan senar tidak menyakiti jarinya. Butler menurunkan setelan bass untuk mengimbangi permainan Iommi. Pitch yang rendah membuat musik mereka menjadi heavy dan tepat mengiringi lirik yang gelap. Dengan konsep sound heavy dan gaya pentas Osbourne, Black Sabbath langsung mencapai kesuksesan lewat album pertama Black Sabbath dan album kedua Paranoid.

Album ketiga, Master of Reality, berisi banyak materi akustik. Kematangan karya Black Sabbath terdengar di elemen musik yang bervariasi dalam Black Sabbath Vol. 4 (1974), yang menampilkan balada "Changes" yang dimainkan hanya dengan vokal, bass, piano dan mellotron serta anthem rock "Supernaut" dan "Snowblind" yang diiringi string. Masuk ke pertengahan 1970an, para anggota band, terutama Osbourne dan Ward, berkecanduan narkoba. Ditambah masalah manajemen dan perubahan trend musik pada akhir 1970an, produktivitas dan kreativitas band menurun. Dengan konflik berjalan dan dianggap kurang bertanggung jawab, Ozzy diminta berhenti pada tahun 1979 dan posisinya diganti Ronnie James Dio. Dio menikmati kesuksesan sesaat bersama band dan mempopularkan isyarat tangan tanduk setan yang menjadi simbol heavy metal secara umum. Setelah Dio, Ian Gillan dan Glenn Hughes dari Deep Purple pernah menjadi vokalis Black Sabbath.

Selama 1980an, band tidak pernah stabil dan pada 1990an, pengaruh mereka terasa. Lineup orisinil dibentuk kembali tahun 1997 sampai sekarang.

Setelah beberapa kali dinominasi namun tidak terpilih ke Rock and Roll Hall of Fame, Black Sabbath akhirnya dinobatkan ke musium tersebut pada tanggal 13 Maret 2006.

Discography

1970 Black Sabbath
1970 Paranoid
1971 Master of Reality
1972 Black Sabbath, Vol. 4
1973 Sabbath Bloody Sabbath
1975 Sabotage
1976 Technical Ecstasy
1978 Never Say Die!
1980 Heaven and Hell
1981 Mob Rules
1982 Live Evi
1983 Born Again
1986 Seventh Star
1987 The Eternal Idol
1989 Headless Cross
1990 TYR
1992 Dehumanizer
1994 Cross Purposes
1995 Cross Purposes Live
1995 Forbidden
1998 Reunion
2002 Past Lives

by http://gruprock.com/


AC DC

AC/DC merupakan salah satu band Rock yang cukup berpengaruh pada perkembangan musik cadas. Bersama Led Zeppelin dan Black Sabbath, AC/DC merupakan pengusung aliran Hard Rock adan Heavy Metal.

Band ini kebentuk taon 1973 di Sydney oleh kakak-adik Angus dan Malcolm Young. Nama AC/DC (yang bererti arus listrik searah/2arah) diambil dari adik perempuan mereka yang pas itu baru ngebaca buku listrik.

Setelah beberapa pergantian personil diawal tahun sejak berdirinya AC/DC, akhirnya terbentuk juga formasinya, yaitu : Dave Evans (vokal), Rob Bailey (bass), dan Young bersaudara di gitar. Dengan Line-up ini, mereka manggung keliling Aussie tapi tepat sebelum mereka memulai album pertamanya, semua personil kecuali Young bersaudara diganti oleh Bon Scott (waktu itu profesinya masih jadi sopir bus) di vokal, bassis Maek Evans, drum Phil Rudd.

Tidak seperti formasi pertama yang cuma bertahan beberapa saat, kali ini AC/DC lebih solid, terbukti dengan para pemusik di AC/DC ini sukses membuat 3 album, berturut-turut antara lain; "High Voltage" (1974), "TNT" (1975) disusul "Dirty Deeds Done Dirty Cheap" (1976). Setelah sukses menggelar konser tur di Aussie, Inggris dan Amerika membuat band rock satu ini terkenal dengan image sebagai band liar. Jika melihat Angus Young memainkan gitarnya, semua pasti paham...bahkan dalam setiap konser Angus selalu menyiapkan tabung Oksigen untuk membantu napasnya sesudah memainkan gitar agar tidak pingsan, lets say "Powerful". Di awal 1977 Evans keluar digantikan oleh Cliff Williams.

Dengan anggota baru itu, mereke ngerekam album "Let There Be Rock" yang sukses berada di no.1 di charts lagu Amerika. Tidak puas dengan itu, menyusul "Powerage" dan album live "If You Want Blood, You Got It" mulai dari sini (1978) fans dari AC/DC terdongkrak naek.

1979-1980an Kesuksesan AC/DC menjadikan mereka ikon Rock, mereka benar-benarsuperstar saat itu. Sebabnya; album legendaris mereka (bisa disamain dengan "The Black Album"-nya Metallica) "Highway To Hell", album pertama mereka yang terjual labih dari sejuta kopi.Tragisnya, tidak lama kemudian frontman mereka ditemuin tewas di mobil sahabatnya setelah mabuk berat malamnya.

Tidak mau berlama-lama berduka, AC/DC langsung merekrut Brian Johnson kemudian merilis "Back in Black" yang merefleksikan betapa mereka kehilangan seorang Scott. Album yang mereka rekam terjual sekitar 42 JUTA KOPI di seluruh dunia. Kontan AC/DC bener-bener mendominasi skema musik rock saat itu. Lagi, "For Those About To Rock We Salute You" (1981) mengantarkan mereka merajai charts Amerika.

1982, sambil merekam "Flick Of The Switch" Rudd memutuskan mengundurkan diri. Simon Wright mengisi kekosongan yang ditinggalin Rudd. Bersama Simon AC/DC merekam "Fly On The Wall" (1985), "Who Made Who" (1986) and "Blow Up Your Video" (1988). Tahun pertengahan 80-an aliran musik rock klasik yang diusung AC/DC mulai mendapat tantangan dari para generasi baru yang segar. Dengan munculnya aliran "New Wave Of Heavy Metal" yang dipelopori oleh Def Leppard, Iron Maiden kemudian disusul Guns N" Roses, Metallica, dan Van Halen. 1988, kembali terjadi pergantian, Wright digantiin oleh Chris Slade, tapi di tahun 1994 Slade hengkang digantikan jagoan lama;Rudd!!. Dengan komplitnya personil mereka, keluarlah album "Ballbreaker" (1995), "Stiff Upper Lip" (2000).

Memasuki millenium baru, pesona,karisma ama semangat AC/DC tida bisa dibilang kendur. Bahkan mereka sukses memasukan nama mereka di nomer 5 band paling sukses di sejarah dunia musik Amerika setelah The Beatles, Led Zeppelin, Pink Floyd dan The Eagles. AC/DC juga masih eksis manggung dimana-mana.

Kini setelah lebih dari 30 tahun band ini berdiri AC/DC tetep menjadi influence buat pencinta rock di seluruh dunia dengan sound mereka yang unik dan lirik yang kuat serta nggak ketinggalan, cara Angus memainkan gitarnya.

by: http://famousrock.blogspot.com/

Award to Beebill

Sejak blog ini saya buat baru kali ini saya dapat award dari rekan sesama blogger, rasanya kerja keras dan usaha saya buat ngeblog tidak percuma.
tujuan awalnya sih cuma buat ngisi waktu luang n' ngilangin rasa jenuh yang setiap hari saya alami, maklum pekerjaan saya yang part time menuntut untuk di depan PC.
so, sekarang saya ngerasa confuse.
gimana ga bingung, dapet award kayak gini bikin saya ngerasa terpacu dan termotivasi untuk terus berkarya (kalo bisa sih yang ori).
alhasil untuk sementara ini award saya pajang dulu
n' itung2 sekalian pamer ke pengunjung blog ini he..he..he...
tapi Suatu saat kalo saya udah ga newbie pasti saya bagi award ini rekan blogger yang lain.
soalnya saya masih belum bisa nilai blog yang itu bagus ato blog ini tidak bagus, lha wong blog sendiri aja masih ga karu2 an he..he..he..
sekali lagi thank's buat aan yang udah ngasih saya award.

Learn to Play an Acoustic Guitar

An acoustic guitar relies on sound resonating from the strings without electrical amplification. It may be plugged in for amplification but this is not a requirement. In learning to play the acoustic guitar it is useful to decide which kind of music you wish to play at first as this will determine which type of acoustic guitar to begin playing on.

One of the main distinctions between acoustic guitar types is the sting type. These are either nylon or steel strings. Another distinction is whether the guitar is designed for six or twelve strings. It is generally recommended that you start with six strings and progress onto 12 strings later if you wish to.

Before You Strum

When considering the essentials of learning how to play an acoustic guitar, there are a few of important things to learn before you simply strum or pick away. First of all, you will need to tune your guitar. Spend some time learning to tune your own guitar as this is a skill that you will need to use every time you pick your guitar up to practice or play.

If you wish to learn classical guitar, you will begin with a nylon-stringed acoustic guitar. Most classical music is recorded as notes written onto sheets. In order to master this you will need to learn the individual notes and not just chords. This lays a great foundation for all music reading and is essential if you want to learn to play most classical music.

If you only want to strum chords you can jump straight in there if you wish. Chords can best be described as a grouping of notes that are played together, usually strummed. This requires some patience and one of the simplest ways to get playing quickly is learning guitar "tabs". Search around online and you'll find lots of sources of information on tabs and getting started.

It's a good idea to pick up a book, or check online for a simple guide to guitar tabs before you even pick up a guitar. Next, practice the major chords. Playing the acoustic guitar requires strumming as well as tab movement. It requires a lot of concentration and this can take some time. Practice the different chord finger placements before adding the strumming. Keep in mind that this is going to take time and practice. Your fingers need to find the rhythm of your guitar.

Four Tips for Easy and Effective Learning

1. The fastest way to learn how to play the acoustic guitar is practice, practice, and more practice. The more often you play, the better you will become. Practice good habits from the start and they'll become second nature.

2. It's a good idea to pick up a book or find an online program on the basics of acoustic guitar. Everyone wants to skip the first few lessons and go straight to the classic songs; however, if you don't learn the basics, you will have trouble learning in the future.

3. There are several online resources that can help you. Many resources are free and include tips on everything from holding your guitar to remembering the hand placements for each chord. You can have five free online lessons emailed to you at http://www.get-guitar-lessons.com. Other websites offer the guitar tabs to thousands of different songs. Remember to start with the easier stuff. You may want to dive right into "Stairway to Heaven" but this could lead to frustration and a loss of confidence.

4. Another tip for learning how to play the guitar - if you can afford it - is to hire a teacher to meet with you a couple times a week. They can track your progress and make sure you are picking up the correct playing style. A teacher will be able to help you overcome those acoustic obstacles. If you can't afford a teacher, ask a guitar playing friend for some help.

The best way to learn how to play the acoustic guitar is by combining all four tips. Check the internet for advice; pick up an acoustic guitar for beginners book; hire a teacher to help you along the way; and, most importantly, practice like a rock star!

by: Philip Hugo




A Mild Live Wanted 2009

A Mild Live Wanted bisa disebut sebagai salah satu gelaran acara pencarian band berbakat di Indonesia yang paling sukses terorganisir. Dihelat sejak tahun 2007, grafik jumlah pesertanya selalu meningkat tajam dari tahun ke tahun. Kesuksesan tersebut berkat keterlibatan para pelaku industri musik senior seperti: Deteksi Production, Musica Studios dan Trinity Optima Production.

Para jebolannya sendiri juga terbilang berhasil mewarnai industri musik nasional (dengan segala kelebihan & kekurangannya). D’Masiv dari angkatan 2007 dan Magneto angkatan 2008. Secara khusus, Magneto yang berasal dari Makassar membuktikan bahwa kesempatan menjadi pemenang memang terbuka luas bagi setiap pesertanya di seluruh penjuru nusantara. Tak peduli dari mana kota asal mereka.

Memasuki tahun 2009, seri ketiga AML Wanted sudah mulai bergulir. Jadi buat kalian para band pecinta dan pencipta musik pop (plus pengembangannya, pop-rock, pop-jazz, dst) sebaiknya segera persiapkan 3 demo lagu terbaik, dan kirimkan ke AMLW Drop Box Zone yang tersedia di kota kalian, pada waktu dan venue yang ditentukan. Oh ya, formulirnya (biasanya) bisa didapat di radio-radio partner lokal dan pastinya juga bisa diunduh di www.amild.com. Jangan lupa pula untuk memastikan umur kalian sudah berusia 18 tahun keatas untuk mengikuti ajang ini.

Selamat Berjuang dan Maju terus Musik Indonesia...

Learning How To Play The Guitar

There are many challenges with learning how to play the guitar, even holding it seems odd at first but provided you have got over that minor problem where do you begin?

Deciding exactly what kind of music you want to play is the first thing you must decide. This may seem obvious but it is strange just how many people start to learn to play the guitar, go for lessons from a local teacher but then give up a little while afterwards just because they wanted to play, for example, jazz but their teacher just taught them some tiresome classical piece.

Learning how to play the guitar should be a challenge, but also great fun. You are wasting your time if your trying to play music you hate. Don't forget that all the world's famous guitarists started at the beginning and had trouble with sore fingers and awkward shapes for chords. The only real difference is that they stuck at it and kept practicing.

For beginners there always is the question that is reading music for guitar necessary or not? The truth is that it really depends on the player themselves and what their final goals are. For a classical player hoping to make a career from their playing then I would advise them to start studying music notation - for everyone else it isn't necessary.

There is obviously a great help if you can sight read music and have an education that allows you to understand all the markings on the page but for most guitarists - that's what they want to do.

Learning how to read tablature or tabs takes only a few minutes to understand and then any piece is available to the student to learn, provided he has a recording. This is what all music readers constantly bring up when they extol the benefits of reading music for guitar. Tablature doesn't contain any information on the timing of a piece - so what. If any musical piece is worth listening to then someone somewhere has already recorded it. With the recording and the tablature all the information is available for others to play the piece.

With modern computers there are several programs available that not only can play the traditional musical notation but also produce the equivalent tablature. With these tools, even the most complex classical or jazz piece can be learned by someone with no knowledge of reading music for guitar at all.

So it really is just a question for the individual player to answer. There is no real need to learn in order to play even to a very advanced level but if you want to go ahead.

Many newcomers, when they start learning how to play the guitar cringe when their teacher informs them that they are going to have their first guitar scales lesson. It is understandable for without knowing scales you cannot appreciate their importance and value and they can seem just like a boring pointless exercise.

It is still vital for guitar beginners to start learning some music since that is what it is all about and being able to play some tunes encourages people to work harder to learn more. Once a student has been learning for a short time it is important to introduce a guitar scales lesson for various reasons.

There are so many advantages to learning scales on the guitar that it is impossible to cover them all here but one of the main benefits is that it is a great exercise for both the hands. Being able to move easily up and down the fretboard while employing different plucking / fingering techniques with the other hand guarantees that the student will be able to learn a musical piece much earlier.

Learning where the notes are on the fretboard will help with the understanding of chords and how to play them in alternative positions over the fretboard. This leads to probably the most important benefit that occurs after a good understanding of guitar scales has been achieved - the ability to improvise. Whether you want to play exciting heavy metal riffs or complex accompaniment to a jazz rhythm it is impossible to improvise unless you have a solid grounding in the playing of guitar scales.

by: Ben Frank

Flowers

dikalangan pecinta musik rock n' roll di Indonesia, nama band yang satu ini sudah tidak asing.
dengan hits seperti Tolong bu dokter yang ngeroll abis mereka seakan menjadi ikon band rock n roll baru saat itu
Personilnya sampai kini memang masih ada, tapi keinginan mereka untuk menghidupkan band ini seperti setengah2.
FLOWERS dibentuk tahun 90-an berawal dari nongkrong bareng di markas Slank di Potlot. band yang awalnya dibentuk oleh dua personil, Boris Simanjuntak (gitar) yang pernah menjadi session player Melly Goeslow, Iwa K, Nugie, Oppie Andaresta dan Njet Barmansjah (vocal).
Njet sendiri pernah gabung di Powerslaves. Band yang juga beraliran rock n’ roll asal Semarang.
Ketika itu Flowers sempat melahirkan satu album berjudul "17 Tahun Ke atas" dengan formasi Boris, Bongky (BIP), Njet, Cole (almarhum) dan Chilink (sekarang Bunglon/DJ).
Band ini kemudian vakum awal tahun 2000-an. Para personilnya memilih sibuk dengan kehidupannya masing-masing terutama setelah Cole (gitar) dipanggil oleh Sang Pencipta.
kabar terakhir mereka sekarang memilih jalur indie sebagai langkah awal kembalinya ke blantika musik Indonesia. Sempat menggaet Hendry Satriawan (x-Junior) dalam pengerjaan musik, Flowers “versi 2” juga memperkuat diri dengan masuknya Dado sebagai drumer dan Leo sebagai pencabik bass (session player Nuggie,Katon).

Kurt Cobain Gear's

Guitar : fender mustangs, fiesta red mustang, the fender Jaguar, fender stratocasters, fender mexican strats, fender telecaster, sunburst telecaster custom, the ferrington guitar, Univox

Amps : Sunn-Beta Lead, mesa / boogie Studio Preamp, groove tubes 7025 preamp tubes, 4 crowmn 800 W power amps, two Crest 4801 power amps

effects ; roland (BOSS), DS-I Distortion pedal (9), roland (BOSS) DS-2 Turbo Distortion pedal, Roland EF-1 distortion, electro-harmonix small clone chorus, MXR phase 100, Dunlop Rotovibe, electro-harmonix echoflangers

Jimi Hendrix

Perjalanan karirnya sangat pendek, namun namanya punya gaung sangat panjang. Bahkan hingga hari ini. Dialah Jimi Hendrix. Usianya tidak sampai 28 tahun, tetapi masih tetap dipuja meski sudah 30 tahun ia meninggal dunia. Lahir di King Country Hospital, Seattle, Washington pada 27 November 1942. Dengan nama Johnny Allen Hendricks. Ia putra sulung pasangan Alex Hendricks yang Afro-Amerika Meksiko dan Lucille, seorang Indian Cherokee. Nama itu merupakan pemberian ibunya, yang kemudian diubah oleh sang ayah menjadi James Marshall Hendricks pada saat Hendrix kecil berusia 4 tahun. Kedua orangtuanya kemudian berpisah saat Jimi berumur tiga tahun.
Alex yang bekerja sebagai tukang sapu, menghidupi keluarganya dengan susah payah. Jimi kecil pun sering membantu ayahnya menyapu, dan dengan sapu itulah ia pertama kali bergaya bak seorang gitaris. Ia sering menirukan gaya duckwalk khas Chuck Berry. Sang ayah ternyata sering memperhatikan sikap puteranya.
Pada 1952, saat Jimi berusia 10 tahun, sang ibu wafat. Hal ini membuat Jimi sangat terpukul dan menjadi anak yang pemurung. Alex sebagai seorang penganut agama yang taat, mengajarinya untuk tabah. Ia sering mengajak Jimi ke gereja dan ikut dalam paduan suara. Tetapi itu rupanya belum cukup untuk menghibur Jimi.
Karena kasihan melihat Jimi yang tak kunjung berhenti bersedih, ayahnya membelikan Jimi sebuah gitar akustik sebagai hadiah ulang tahun ke-12. Gitar itu dibeli dari seorang kawan ayahnya itu seharga 5 dollar. Gitar itu kemudian dibalik susunan senarnya oleh Jimi yang kidal, sehingga ia dapat memainkan gitarnya dengan tangan kiri memetik senar, sedangkan yang kanan menari di atas fretboard.
Dengan bermain gitar, Jimi mulai dapat melupakan kepedihan ditinggal ibunya. Apalagi tiga bulan kemudian, Jimi dibelikan lagi sebuah gitar listrik Supro Ozark 160S oleh Alex. Eksplorasi musiknya pun menjadi lebih luas dengan gitar tersebut dan Jimi membentuk bandnya yang pertama Velvetone.
Sepanjang masa remaja itulah Jimi terus berlatih memainkan gitar. Ia sempat dikeluarkan dari sekolahnya Garfield High School gara-gara kebandelannya mengganggu para ceweq. Setelah putus sekolah, ia malah bisa lebih konsen membantu sang ayah. Dan tentunya ia juga lebih banyak mempunyai waktu untuk mengulik gitar.
Jimi punya kegemaran mendengarkan album milik musisi blues beken seperti B.B. King, Elmore James dan Muddy Waters, ataupun para rock n' roller seperti Chuck Berry dan Eddie Cochran. Lagu 'Rock And Roll Music' dari Chuck Berry termasuk lagu yang paling sering dibawakan Hendrix. Bahkan kemudian B.B. King memberi penghormatan kepadanya dengan mengabadikan nama ibu Hendrix, Lucille pada gitar Gibsonnya.
Jimi mulai berkarir di musik tahun 1960, saat ia menjadi anggota sebuah band bernama Rocking Kings dan mulai sering manggung di tempat konser seputar Seattle. Walaupun sudah mulai menarik perhatian para pencinta musik, ia tampaknya belum bisa menunjukkan totalitasnya karena setahun kemudian ia malah kena wajib militer dan bergabung dengan angkatan darat di Fort Ord, California.
Kemudian ia ditempatkan di 101st Airborne Paratroopers di Fort Campbell, Kentucky sebagai pasukan penerjun. Saat inilah ia bertemu dengan Billy Cox, seorang pemain bass berkulit hitam yang cukup disegani di kalangan musisi blues pada saat itu. Mereka sempat bermain di dalam band angkatan.
Dikarenakan cedera pergelangan kaki saat penerjunan yang ke- 26 kalinya, Hendrix kemudian diminta meninggalkan angkatan. Hikmah dari kejadian ini adalah ia jadi tidak perlu ikut dalam perang Vietnam yang meletus beberapa tahun kemudian. Saat itulah ia kembali bergabung dengan bekas teman-teman bandnya dan membentuk Bob Fisher & The Barnevilles. Mereka kemudian menjadi band pembuka untuk beberapa musisi untuk tour Amerika sebelum Hendrix kemudian pindah ke Vancouver, Kanada.
Tahun 1963, Hendrix pindah lagi ke Tennessee, dan di kampungnya Elvis Presley ini, ia bermain dengan sederet nama top waktu itu seperti Little Richard, Hank Ballard dan The Supremes. Ia juga ikutan di dua single-nya Lonnie Youngblood. Sayang, ia tidak sempat membuat kerja sama dengan Elvis. Tetapi ia sering menampilkan hit dari sang raja itu, yaitu 'Hound Dog' dan bahkan sempat pula merekamnya. Tentunya dengan versinya sendiri yang penuh teriakan dan geraman terutama di bagian chorus-nya.
Merasa kurang bisa mengembangkan karirnya, Hendrix pindah lagi dan kali ini ke New York. Di kota Big Apple itu, ia bermain bersama dengan Isley Brothers, sepanjang tahun 1964, termasuk untuk rekamannya di studio. Ia juga berkolaborasi dengan penyanyi soul Curtis Knight.
Knight kemudian menulis lagu 'Ballad Of Jimi' yang ditulisnya pada 1965, setelah Jimi berkata padanya bahwa ia (Jimi) akan mati lima tahun lagi. Tahun itu juga Hendrix menjadi anggota band pendamping Little Richard dan sering berkeliling di panggung- panggung seputar New York, salah satunya adalah Paramount Theater.
Sebagai musisi pendukung, tentu saja Hendrix kurang dapat mengekspos kemampuannya bermain gitar secara maksimal. Bahkan Little Richard pernah menyuruhnya melepas pakaiannya yang dinilai terlalu mencolok. Dan menggantinya dengan pakaian yang sudah dipersiapkan bagi musisi pengiring.
Menjadi orang kedua tentunya bukanlah harapan Hendrix. Tidak bisa menonjolkan diri dan dengan bayaran kecil membuatnya tertekan. Suatu ketika ia berjalan-jalan bersama pacarnya Jeannette Jacobs, ia menunjuk pada baju-baju bagus di etalase sebuah toko. Ia bilang pada Jeannette, ”Jika saya terkenal nanti, saya akan belikan kamu baju seperti itu.” Jeannette tersenyum, tidak yakin hal itu akan jadi kenyataan. Karena saat itu Jimi sendiri hanya memiliki dua potong kemeja, dua celana dan sepasang sepatu butut.
Pada tahun berikutnya 1966, Hendrix mulai menemukan jati dirinya yang sesungguhnya. Ia membangun bandnya sendiri, Jimmy James & The Blue Flames. Saat main di Café Wha! di Greenwich Village, New York pada bulan Juni, penampilannya dikagumi oleh Linda Keith. Linda yang pacar gitaris Rolling Stones, Keith Richards itu, tak lama kemudian mempertemukannya dengan bassis grup Inggris The Animals, Chas Chandler. Chandler pula yang mengusulkan mengganti nama Hendricks menjadi Hendrix. Ia kemudian mengajak Hendrix mengembangkan karir di London.
Ke Inggris? Tempat para jawara gitar itu? Hendrix sempat ragu. Selain Keith Richards, di Inggris bercokol para gitaris hebat seperti George Harrison (The Beatles), Pete Townsend (The Who) dan tiga gitaris jebolan Yardbirds: Jimmy Page (Led Zeppelin), Jeff Beck dan Eric Clapton (Cream). Hendrix minder untuk bertemu dengan Richards dan yang lainnya. Tetapi bilang pada Chandler ia ingin juga bertemu dengan Clapton.
“Tidak ada masalah dengan Richards,” kata Chandler. “Pacarnya sendiri yang merekomendasi kamu,” tambahnya. “Dan jika Clapton mendengarkan permainan kamu, maka dialah yang ingin bertemu kamu.” Chandler meyakinkan Hendrix. Dan walaupun membutuhkan waktu lima minggu untuk berpikir, ia pun akhirnya setuju. Maka, setelah mengurus berbagai macam keperluan, berangkatlah keduanya ke London.
Setiba di London pada 24 September 1966, Hendrix yang sebenarnya masih ragu, diajak Chandler ke kafenya Zoot Money. Di kafe yang merupakan tempat nongkrong para musisi itu, Hendrix sempat ngejam dengan pemusik setempat. Akhirnya Hendrix menemukan kepercayaan dirinya dan merasa akan cocok berkarir di Inggris.
Chandler kemudian mengajak Hendrix berkeliling dari tempat satu ke tempat lainnya. Ia yang cukup ngetop bersama The Animals, banyak kenal dengan para musisi dan pemilik klab. Hal ini banyak membantu Jimi mendapatkan kesempatan untuk manggung. Di klab Blaises tempat Hendrix bermain, ia dilihat oleh Johnny Hallyday yang saat itu merupakan penyanyi top di Perancis. Ia kemudian bernegosiasi dengan Chandler membicarakan kemungkinan kerja sama. Akhirnya diperoleh kesepakatan yaitu, Hendrix akan membuka konser Johnny. Tetapi Hendrix merasa harus memiliki band sendiri.
Di London, Chandler lalu mencarikan Hendrix dua 'pengawal' tangguh untuk posisi drums dan bass. Ia mendengar bahwa penggebuk drum Mitch Mitchell (lahir John Mitchell, 9 Juni 1947) keluar dari Georgie Fame's Blue Flames. Maka direkrutlah Mitchell mengisi posisi tersebut. Tinggal posisi pembetot bass yang masih lowong.
Saat itulah, Noel Redding (lahir David Redding, 25 Desember 1945) yang mengikuti audisi untuk jadi gitaris The Animals, ditawari jadi pemain bass bersama Hendrix. Karena posisi gitaris dalam The Animals sudah terisi, dan menyadari persaingan sebagai pemain gitar terlalu ketat, ia setuju untuk jadi pemain bass dan menerima tawaran tersebut.
Mitchell merupakan seorang aktor cilik untuk iklan TV, sebelum memutuskan menjadi musisi pada saat remaja. Ia sangat menyukai permainan drum dari Buddy Rich dan Gene Kruppa. Sedangkan Redding yang jebolan sekolah seni, pernah bermain dengan Modern Jazz Group dan Loving Kind. Pada September inilah Hendrix sebenarnya baru ikutan mengubah namanya dari Jimmy menjadi lebih sederhana, Jimi.
Meraka bertiga membuat band Jimi Hendrix Experience yang kemudian melegenda. Itu terjadi pada Oktober 1966. Saat di mana karir Hendrix yang sesungguhnya baru dimulai. Penampilan pertama mereka adalah ketika menjadi band pembuka dari penyanyi Perancis Johnny Hallyday yang manggung di Paris Olympia pada tanggal 18 bulan yang sama.
Tetapi demi penampilannya di Paris, Hendrix membutuhkan peralatan yang lebih hebat. Ia memerlukan ampli yang lebih besar dengan daya lebih kuat. Maka, Chandler pun menjual dua buah bass-nya ( Fender Precision dan Gibson EB ) untuk membeli Marshall Supro yang kemudian menjadi trademark-nya Hendrix.
Sebulan kemudian mereka masuk studio. Mereka merekam lagu 'Stone Free' ciptaan Hendrix dan 'Hey Joe' karya Billy Roberts dan pernah dinyanyikan oleh Tim Rose. Kedua lagu tersebut digarap di De Lane Lea Studio, London.
Sayang ketika itu mereka masih sepi tawaran manggung. Sedangkan mereka harus membiayai hidup dan sewa studio. Sekali lagi Chandler harus merelakan koleksi bass-nya. Kali ini sebuah Fender Jazz Bass dan sebuah Fender Precision dilego. Ia pun bertekad, pengorbanan ini harus menghasilkan sesuatu yang hebat di kemudian hari.
Harapan itu sedikit demi sedikit mulai terwujud. Pada November mereka bermain selama empat hari di Big Apple Club, Munich, Jerman. Mendapat bayaran 300 pounds, mereka mulai bisa membiayai hidup. Dan Chandler terus berusaha agar Jimi Hendrix Experience bisa lebih diliput oleh pers.
Hendrix cs. mendapat kesempatan jumpa pers pertama pada tanggal 25 bulan itu juga. Bertempat di klab Bag O' Nails, London, mereka menampilkan repertoar yang biasa mereka bawakan. Termasuk tentu saja 'Hey Joe' dan 'Stonefree'. Kalangan pers menanggapi positif penampilan mereka. Memasuki Desember, Hendrix menandatangani kontrak empat tahun dengan Yameta Company, suatu perusahaan manajemen artis. Akhirnya single pertama 'Hey Joe' dirilis oleh Polydor setelah sebelumnya ditolak oleh Decca. Mereka bertiga lalu tampil di acara TV untuk pertama kalinya di penghujung tahun 1966 itu.
Sayang pada malam Tahun Baru 1967, mereka tidak mendapat tawaran panggung. Untungnya, Redding mempunyai gagasan bagus. Ia mengajak Hendrix dan Mitchell bermain di kampung halamannya, Folkestone, sebuah kota kecil dekat London. Dan ia yang memiliki banyak kerabat di kota itu tanpa banyak kesulitan mendapatkan job.
Mereka berangkat naik kereta di dalam cuaca dingin. Tetapi hal itu tidak membekukan semangat mereka tampil di kafe Tofts. Apalagi orangtua Noel juga menyediakan tempat menginap bagi mereka plus sang manajer. Penampilan mereka di kafe Tofts itu paling tidak cukup untuk menghibur diri mereka sendiri.
Memasuki Januari 1967 keadaan sudah mulai membaik. Walaupun sempat 'terpaksa' bermain di klab-klab kecil seperti Ram Jam dan Ricky Tick, mereka ma-sih sering mendapat kesempatan tampil di Scotch of St.Thomas dan 7 ½ Club. Bahkan kadang di klab yang terletak di White Horse Street, Mayfair, London itu, penampilannya ditonton oleh musisi terkenal seperti Paul McCartney, Pete Townsend dan Mick Jagger.
Bintang-bintang top itu ternyata menyukainya. Mereka sering bilang pada pers, bahwa mereka kagum pada penampilan Hendrix. Dan hal itu tentunya merupakan keuntungan publikasi yang besar bagi Hendrix dan dua sohibnya. Karena kala itu, penyataan dari para personel The Beatles, The Who dan Rolling Stones merupakan 'santapan wajib' yang harus diyakini oleh para pencinta musik di seluruh dunia.
Akhir bulan itu, Jimi Hendrix Experience tampil di Saville Theater, London sebagai grup pembuka The Who. Kesempatan ini diperoleh juga atas permintaan Townsend. Tentu saja hal ini tidak disia-siakan. Dan Hendrix pun membuktikan bahwa mereka memang patut untuk diperhitungkan.
Pete Townsend yang kala itu merupakan gitaris dengan aksi panggung yang hebat, malam itu mendapat 'saingan berat'. Tahu bahwa Townsend akan melakukan atraksi khasnya seperti memutar gitar di udara, Hendrix melakukan atraksi yang lebih hebat. Tetap dengan cirinya seperti memetik senar pakai gigi, menggesekkan senar ke punggung atau menendang-nendang gitar. Tapi kali ini dengan gaya lebih agresif.
Pada bulan Februari, single 'Hey Joe' mendaki di nomor enam pada chart Inggris. Hendrix pun semakin terkenal dengan gayanya yang liar.
Pers juga sering mengekspos hal tersebut. Sementara itu mereka bertiga masuk studio lagi untuk menyelesaikan penggarapan album penuh. Album itu dikerjakan di Olympic Studios, Barnes, London.
Sepanjang bulan Maret tahun itu, mereka mengadakan pertunjukan keliling Eropa. Dimula di Twenty Club di Mouscron, Belgia dan 20 Club, Lille, Perancis lalu dilanjutkan ke klab legendaris yang juga melahirkan Beatles, Star Club di Hamburg, Jerman.
Balik ke Inggris, Jimi Hendrix Experience tampil pada acara “Top Of The Pops”di BBC1-TV. Saat tour kelling Inggris itu, mereka sempat sepanggung dengan Cat Steven, Walker Brothers dan Engelbert Humperdinck. Gaya agresif Jimi sempat membuatnya celaka. Waktu ia membakar gitarnya, tangannya ikutan terbakar. Ia pun dilarikan ke rumah sakit.
Kejadian lain yang tidak mengenakkan adalah ketika mereka habis bermain di New Century Hall, Manchester. Mereka menjadi korban salah sasaran dari oknum polisi setempat yang sedang razia anak di bawah umur. Ketika mau masuk ke dalam sebuah klab, mereka ditolak. Noel dan Mitch sempat ditarik polisi, mereka melawan dan mendapat beberapa pukulan. Jimi terhindar dari perlakuan tersebut karena memperlihatkan paspor Amerika. Untunglah keadaan bisa diatasi karena turun tangan sang manajer.
Tidak berapa lama Hendrix sembuh dari luka bakarnya pada bulan Mei, single 'Purple Haze' dilepas ke pasar. Sempat menduduki tangga ketiga pada chart, single tersebut segera disusul oleh album pertamanya, Are You Experienced? Album ini segera menyita perhatian pencinta musik dunia dan nangkring di posisi kedua pada chart selama 33 minggu.
Jimi Hendrix Experience mengadakan tour Eropa dimulai di Neue Welt, Berlin, Jerman. Walaupun sempat kaget terhadap respon penonton Jerman yang kalem, mereka terkesan dengan pengetahuan publik Jerman tentang mereka. Dan tour pun berlanjut ke Denmark, Belanda, Perancis dan negara-negara Skandinavia.

sumber : http://dwisusilo.com

Stevie Ray Vaughn

Gitaris yang biasa dikenal dengan nama singkatan SRV ini merupakan salah satu gitaris yang paling berpengaruh di dunia blues atau rock. sekalipun disamping nama-nama besar seperti Jimi Hendrix, Eric Clapton, Jeff Beck, B. B. King, dan Jimmy Page. Memang ia banyak menampilkan kembali karya-karya lawas Jimi Hendrix, namun caranya membawakan lagu seperti Little Wing sungguh berbeda dan menakjubkan. Tak heran banyak gitaris-gitaris blues yang lebih muda memujanya seperti Jimi Hendrix.

SRV bermain blues dengan penuh jiwa "energy" yang berbeda dibandingkan gitaris-gitaris blues yg lain. SRV memiliki style yg sangat flamboyan dan unik, hingga dari tahun 1984 sampai tahun 1990 srv menjadi best blues guitarists voting semua majalah gitar apapun. Dia juga sangat disegani oleh semua gitaris2 blues di dunia dan diakui sebagai gitaris blues pertama untuk mendobrak musik blues kembali di era 80 dan 90-an.

Ia sudah mempelajari gitar semenjak masih anak-anak karena terinspirasi dari abangnya, Jimmie Vaughan yang juga seorang gitaris blues. Ketika duduk di bangku SMP, ia sudah main band dan beberapa tahun berikutnya ia sering bermain di klab malam di daerahnya. Saat berusia 17 tahun ia memutuskan keluar dari sekolah dan memperdalam ilmu gitarnya. Band pertamanya bernama Cobras yang dibentuk sekitar pertengahan tahun 70-an. Kemudian ia membentuk band baru bernama Triple Threat di tahun 1975 dan berganti dengan nama baru, Double Trouble yang terinspirasi dari judul lagu milik Otis Rush. Nama Stevie Ray Vaughan and Double Trouble pun menjadi sangat populer di Texas.

Tahun 1982, ia dan bandnya tampil di Montreux Festival yang juga dihadiri oleh penyanyi top dunia, David Bowie. Setelah penampilannya, David Bowie sampai berdecak kagum dan langsung menawarinya untuk mengisi track gitar di album barunya Let's Dance. Tak lama kemudian, SRV mendapat kontrak rekaman dibawah bendera Epic. Album pertama Texas Flood dirilis. Diikuti oleh album-album berikutnya Couldn't Stand The Weather (1984), Soul To Soul (1985), dan album terakhir In Step (1989) yang merupakan album tersukses SRV and DT. Album terakhir tersebut mendapatkan penghargaan Grammy untuk kategori Best Contemporary Blues Recording. Tahun 1990 ia juga sempat merekam album duet dengan abangnya, Jimmie Vaughan.

Semasa hidupnya, SRV hanya mengeluarkan 4 album karena karirnya yg begitu cepat mulai berkarir tahun 1983 dan meninggal tanggal 26 agustus 1990 akibat kecelakaan helikopter setelah tampil di Alpine Valley Iowa USA yang juga dihadiri oleh Eric Clapton, Buddy Guy, Jimmie Vaughan, dan Robert Cray. Tahun 1986, SRV pernah pingsan pada saat manggung akibat narkoba dan alkohol. Tanggal 13 Oktober 1986 SRV masuk rehab dan mengikuti program The 12 Steps. Ia menjadi contoh yg baik bagi banyak gitaris blues muda hingga saat ini. SRV sering menolong org2 yg jatuh kedalam dunia narkoba. Di album yg terakhir, In Step adalah album pertama SRV semasa ia bebas dari narkoba. Menariknya album ini diakui sebagai album terbaiknya SRV.

SRV telah memberi inspirasi bagi sekian banyaknya hingga saat ini di luar negri maupun di dalam negeri seperti, Kenny Wayne Shepherd, John Mayer, Chris Duarte, Michael Landau, Eric Gales, Gary Hoey, Gugun, dan Rama Satria. Tak lupa juga SRV dikenal dan dikenang dengan gitar Fender Stratocaster SRVnya yang sangat terkenal diseluruh dunia.

sumber : www.gitaris.com

Led Zeppelin

Kelompok musik rock legendaris asal Inggris yang dibentuk pada September 1968 dengan Personel awal Jimmy Page (gitar), Robert Plant(vokal), John Paul Jones(bass) dan John Bonham(drum).

dengan ciri khas musik yang menonjolkan suara gitar yang keras dan berat mereka dianggap sebagai salah satu band heavy metal pertama. Band ini juga tercatat tidak pernah merilis lagu single, kecuali dalam bentuk album.

namun seiring dengan berjalannya waktu Led Zeppelin kumudian bubar setelah pemain drum John Bonham meninggal pada 1980 karena menghirup muntahan sendiri ketika dia mabuk.
Namun demikian musik mereka tetap melegenda dan tetap dicintai pengemarnya. Bahkan album Led Zeppelin telah terjual lebih dari 300 juta keping.



Rolling Stones

Grup rock legendaris ini dibentuk di London, Inggris sekitar tahun 1962. Dengan formasi Mick Jagger (vocal), Keith Richards (guitar), Brian Jones (guitar), Ian Stewart (piano), Dick Taylor (bass), dan Tony Chapman (drums) grup ini mengawali karir mereka di sebuah klub bernama Marquee Club.
dengan mengawinkan blues dan rock n roll dalam warna yang kasar disertai image pemberontak yang melekat kuat pada diri mereka membuat grup ini mendapat kontrak rekaman 2 tahun kemudian.

Album pertama berjudul THE ROLLING STONES ini dilepas Decca Records tanggal 16 April 1964 dan sempat bertengger di posisi pertama UK Charts selama 51 minggu.
Sukses ini berlanjut terus bahkan saat grup ini berhasil menembus pasar Amerika Serikat yang otomatis adalah tolok ukur suksesnya grup band seluruh dunia. Tak kurang dari 30 album sudah dilepas grup legendaris yang satu ini. Itu belum termasuk album kompilasi dan live album mereka yang jumlahnya tak kalah jauh.

Grup yang sempat identik dengan keributan ini mempercayakan penggarapan logonya pada John Pasche, seorang seniman lulusan Royal College of Art. Logo bibir dan lidah yang terjulur yang konon terinspirasi dari bibir sang vokalis (Mick Jagger) ini mulai melekat dengan image The Rolling Stones sejak tahun 1971 dengan dilepasnya album STICKY FINGERS.

Tembang-tembang mereka seperti (I Can't Get No) Satisfaction, As Tears Go By, Paint It Black, Lady Jane, Jumpin' Jack Flash, dan tentunya Honky Tonk Women memang tak pernah lekang dimakan waktu.
Walaupun sudah berkiprah di dunia musik tak kurang dari 48 tahun, The Rolling Stones masih aktif mengadakan live concert. Dan hebatnya lagi, live concert mereka tak pernah sepi dari pengunjung.
Dengan formasi terakhir Mick Jagger, Keith Richards, Charlie Watts, dan Ronnie Wood, The Rolling Stones melepas album live SHIN