Showing posts with label musician. Show all posts
Showing posts with label musician. Show all posts

John Lennon

Salah satu musisi terbaik dunia jebolan The Beatles ini lahir di Liverpool, Inggris, Pada 9 Oktober 1940 dengan nama Lengkap John Winston Lennon atau yang lebih kita kenal dengan John Lennon.
Sebagai musisi multi talent John paling dikenal sebagai penyanyi, pencipta lagu, instrumentalis, penulis, dan aktivis politik yang terkenal di seluruh dunia sebagai pemimpin dari The Beatles. Lennon dan Paul McCartney membentuk partnership pencipta lagu yang paling sukses dan berhasil hingga saat ini. Lennon dengan sinismenya dan mcCartney dengan optimismenya melengkapi satu sama lain dengan sangat baik.
John mengawali karir bersama The Beatles pada 1960. beberapa album yang dirilis bersama The Beatles di antaranya,

Please Please Me (1963),
With the Beatles (1963),
A Hard Day's Night (1964),
Beatles for Sale (1964),
Help! (1965),
Rubber Soul (1965),
Revolver (1966),
Sgt. Pepper's Lonely Hearts Club Band (1967),
The Beatles (1968),
Yellow Submarine (1969),
Abbey Road (1969)
Let It Be (1970).

Setelah bubarnya The Beatles pada tahun 1970, ia juga sukses dengan karir solonya. Salah satu hitsnya yang hingga kini masih sangat terkenal adalah Imagine, lagu yang kemudian menjadi salh satu himne perdamaian dunia.
John mengawali karir solonya Selama 1970 sampai 1975,
John menjalani karir solo, dengan album-album yang dirilis di antaranya,
John Lennon/ Plastic Ono Band (1970),
Imagine (1971),
Some Time in New York City (with Yoko Ono 1972),
Mind Games (1973),
Walls and Bridges (1974),
Rock 'n' Roll (1975),
Double Fantasy (with Yoko Ono 1980),
Milk and Honey (with Yoko Ono 1984),
dan lain-lain.

Lennon juga menunjukkan sifatnya yang pemberontak dan selera humornya yang sinis dalam film-film seperti A Hard Day's Night (1964), dalam buku yang ditulisnya seperti In His Own Write, konferensi pers dan wawancara. Ia menggunakan kepopulerannya untuk kegiatannya sebagai aktivis perdamaian, seniman dan penulis.
Lennon dua kali menikah, yaitu dengan Cynthia Powell di tahun 1962 dan seniman Jepang, Yoko Ono di tahun 1969. Ia memiliki dua orang anak, Julian Lennon (lahir tahun 1963) dan Sean Taro Ono Lennon (lahir tahun 1975). Ia meninggal di New York pada 8 Desember 1980 di usia 40 tahun karena ditembak oleh salah satu fansnya sendiri, Mark Chapman,




Album Solo Slash

Siapa yang tak mengenal Slash. Sang gitaris dengan ciri khas gitar les paul itu ditaksir banyak musisi untuk berkolaborasi.

Hal ini terbukti dengan akan diluncurkannya album solo dia yang rencananya akan dirilis pada awal 2010 nanti.
Album solo Slash tersebut akan diberi tajuk 'Slash & Friends'. Slash memasang target untuk menyelesaikannya akhir November ini. Beberapa musisi yang terlibat adalah Flea 'Red Hot Chilli Peppers', Dave Grohl 'Foo Fighters' dan rocker gaek Alice Cooper.

Tapi tidak bagi Jack White yang baru saja menolaknya.
Drummer band White Stripes itu menolak ajakan Slanh berkolaborasi di album solo mantan gitaris Guns N' Roses tersebut. Gara-garanya Slash meminta Jack bernyanyi.

"Saya mau Jack White bernyanyi di satu lagu, tapi dia tak mau nyanyi. Dia bilang saya main drum, saya main gitar tapi saya tak mau bernyanyi," ujar Slash.
Namun Slash bersikeras membujuk Jack untuk bernyanyi. Karena itu memang hal yang tak pernah dilakukan Jack di depan publik.

"Dia adalah orang yang ingin sekali saya ajak kerja bareng. Dibanding yang lainnya saya akan berusaha mendapatkannya," jelas Slash.

tapi apapun itu kalo Slash nawari saya buat kerja bareng, mungkin saya juga akan nolak.
apalagi kalo disuruh nyanyi, hehehehehe
maklum suara saya masih fals banget.

Paul Gilbert

Dewa gitar yang Sebelumnya dikenal melalui Mr.Big ini pernah 'menggemparkan' dunia pada tahun 1986-1987 sebagai pemain gitar tercepat di dunia masih bergabung dengan group band Racer X, padahal usia dia waktu itu masih 17 tahun.
ketika usia 5 tahun (1971) Paul sudah mulai mempelajari gitarnya, 10 tahun berikutnya (1981) Paul coba mengirim demo rekamannya ke produser Mike Varney dan di luar dugaanya Mike sangat mengagumi permainannya di samping Tony Macalpine.
Pada tahun 1984 Paul pindah ke LA dan melanjutkan sekolah gitarnya ke GIT (Guitar Institute of Technology). Lalu Pada tahun 1986 dia bergabung dengan band pertamanya Racer X dengan album debutnya "Street Lethal ", kemudian "Second Heat" (1987) & "Live! Extreme Volume" (1988).
Pada tahun 1989 Paul meninggalkan Racer X dan bergabung dengan group band MR.BIG dengan Formasi Billy Sheehan (bass), Eric Martin (vocal) dan Pat Torpey (Drum).
Mereka meluncurkan album pertamanya "MR.BIG" dan MR.BIG tampil untuk pertama kalinya di Jepang pada bulan Oktober.
Lagu "To Be With You" (dari Album "Lean Into It") menduduki posisi pertama di majalah Billborad USA selama 3 minggu. Pada tahun 1998 Paul tampil pertama kali di Jepang dengan solo albumnya. Paul meluncurkan album solo "Flying Dog". Tahun 1999 Paul kembali ke Jepang dan meluncurkan album solo kedua "Beehive Live" dan album ketiga Racer X "Technical Difficulties". Tahun 2003 album Burning Organ dirilis, kali ini masuk ke label Indonesia dibawah
naungan Staria Enterprise. Namun album berikutnya, Acoustic Samurai tidak lagi di Satria, melainkan berpindah ke label Variant Music. Kemudian Paul menggelar promo tur album "Spaceship One" hingga ke Indonesia. Hal ini disambut antusias oleh penggemar-penggemarnya, pasalnya banyak artis asal Amerika yang menarik diri karena takut disweeping oleh pihak-pihak tertentu.

Discography "Street Lethal" (1986),
"Second Heat" (1987)"
"Live! Extreme Volume" (1988).
"Live! Raw Like Sushi" (1990),
"Mr Big - Lean into it" (1991),
"Mr.Big - San Francisco Live" (1992),
"Racer X - Live Extreme Volume 2" (1992),
"Mr.Big - Bump Ahead" (1993),
"Mr.Big - Live! Raw Like Sushi 2" (1994),
"HEY MAN" & " The best of MR.BIG" (1996),
"Hard Rock Cafe", " Live At Budokan " & solo " King of Club" (1997)

Dave Mustaine

Gitaris dan Penulis lagu yang lahir di La Mesa, California, Amerika Serikat, 13 September 1961 ini adalah salah satu musisi thrash metal yang paling berpengaruh di industri musik metal.
Orang tua Mustaine bercerai ketika ia berusia tujuh tahun, yang menyebabkan dia tumbuh di berbagai tempat kumuh di sekitar Southern California.
Pada tahun 1981 James Hetfield dan Lars Ulrich memasang iklan pada salah satu koran terbitan lokal disana yang intinya mencari seorang gitaris untuk membentuk band baru, dan ketika Dave Mustaine sedang mencoba menjawab iklan tersebut dengan mendatangi garasi tempat James Hetfield dan Lars Ulrich berlatih, dalam sekejap mereka berdua terpana ketika melihat aksi Dave Mustaine bermain gitar. dan Dave Mustaine pun bergabung dalam pembentukan grup Metallica,
namun sayang kebersamaan mereka tidak lama, Dave Mustaine dikeluarkan karena masalah obat terlarang sebelum band itu merekam album pertama mereka.
Mustaine kemudian membentuk Megadeth bersama basis David Ellefson. Setelah merilis 9 albums studio dan berbagai rekaman konser dan kompilasi, di bulan Januari 2002 Mustaine mendapat kecelakaan motor yang mengakibatkan cedera di tangan kirinya. Karena ia tidak dapat lagi memainkan gitar, ia menyatakan diri keluar dari Megadeth dan pada bulan April tahun itu juga Megadeth bubar.
Pada tahun 2004, setelah menjalani terapi intensif, Mustaine telah pulih dari cederanya dan bermain musik kembali. Ia mengajak Chris Poland, mantan gitaris Megadeth untuk bekerja dalam proyek solonya. Atas tekanan dari perusahaan rekaman, album ini kemudian direkam sebagai Megadeth dan dirilis dengan judul The System Has Failed.
Sewaktu manjalani terapi intensif, Dave Mustaine berubah keyakinan, dan memilih untuk memeluk agama Kristen. Dia juga mengganti pandangan politiknya menjadi konservatif dan mendukung Partai Republik. Sangat berbeda sekali bila dibandingkan dengan pandangan politiknya yang tersurat di album-albumnya yang dulu.
Selain terkenal dengan bandnya Megadeth dan Metallica, Mustaine juga terkenal karena terlibat banyak kasus di kalangan industri musik Amerika.
Kasusnya yang paling terkenal tentunya adalah permasalahan dengan Metallica, terutama dengan drummer Lars Ulrich. Dave Mustaine menuntut bahwa dia telah menulis beberapa lagu Metallica, yang paling terkenal "Leper Messiah". Tetapi Metallica menolak pernyataan Mustaine. Fans Mustaine percaya bahwa lagu Metallica yang berjudul "Master Of Puppets" sebenarnya diciptakan oleh Mustaine, tetapi kemudian dicuri oleh Metallica.

Gugun dan The Bluesbug

Lazimnya, perjalanan popularitas artis Indonesia merayap dulu di negeri sendiri untuk kemudian ”mendunia”. Namun, tidak demikian dengan Gugun dan grup musik blues-nya, The Bluesbug. Gugun memilih langsung ”mendunia” terlebih dahulu.
Gugun and The Bluesbug pada 25 Januari 2009 nanti akan ikut meramaikan ”Skegness Rock and Blues Festival”, festival musik blues tahunan di Inggris. Biasanya, tidak hanya pemusik-pemusik blues Inggris yang menjadi pesertanya, tetapi juga dari berbagai penjuru Eropa, seperti Swedia, Italia, dan juga Amerika Serikat.
Tentu, dari sekitar 30 peserta Skegness Blues kali ini, trio Gugun and the Bluesbug adalah satu-satunya penampil dari Indonesia, ”Bahkan mungkin satu-satunya dari Asia,” tutur Jon Armstrong, pemain bas The Bluesbug yang berkewarganegaraan Inggris. Penabuh drum di Skegness nanti adalah Adityo Wibowo alias Bowie (24).
Selama tiga pekan dalam Januari nanti, menurut Jon, Gugun, yang memang dikenal ”fanatik” bermain gitar blues sejak masih usia SMA ini, akan tampil dalam 20 pertunjukan di klub-klub musik blues di London, Manchester, Birmingham, dan Nottingham.
”Ini bukan pula kali yang pertama dia main di Inggris,” tutur Jon Armstrong (28), yang pernah menjadi guru bahasa Inggris di Jakarta, beristrikan perempuan Aceh, dan mempunyai dua anak ini.
Bulan Desember tahun 2007, Gugun yang bernama asli Mohammad Gunawan dan lahir di Duri, Riau, 22 November 1975, ini juga pernah melanglang bermain musik blues selama empat minggu di Inggris. Ketika itu, Gugun juga tampil dengan format trio, bersama Jon Armstrong dan penabuh drum asal Inggris, Tom Townsend.
Selama empat minggu, Gugun bermain di Burnly (dekat Manchester), Scarborough, dan tiga kali dalam seminggu tampil di sebuah klub blues di Crewe. Di sini, Gugun tampil berempat, dengan tambahan Al Lawrence sebagai pemain harmonika dan tamborin.
Petikan gitar blues Gugun mulai dilirik publik blues Eropa ketika dia tampil dalam ”Belfast Big River Blues and Jazz Festival”. Saat ia melakukan ”tur” keduanya pada Agustus 2008.
”Pete Barton (pemain bas grup musik terkenal, The Animals yang kebetulan juga agen Skegness Rock and Blues Festival), mengundang Gugun ke Skegness 2009,” cerita Jon Armstrong pula.
Ini tentunya kesempatan emas untuk memperkenalkan nama Indonesia di mata penggemar blues di Inggris.
Selain bermain di klub-klub blues di Birmingham, pada Agustus 2008 lalu Gugun juga mempertunjukkan kepiawaiannya bermain gitar blues di Oxford, Leeds, York, Rotherham (dekat Sheffield), serta ”Colne Great British R & B Festival” di dekat Manchester.
Selain di Inggris, menurut Gugun, ia juga pernah main di Kuala Lumpur, Malaysia, Maret 2008, serta Cheranting di Pahang. Ia tampil pula pada Blues Festival dalam rangka ”Singapore Art Festival 2008”.
Gugun juga mengisi ilustrasi musik dalam film laris Laskar Pelangi. Tentu saja lagunya berirama blues, Mengejar Harapan.
Permainan gitar Gugun memang bisa dikatakan mumpuni. ”Permainannya merupakan perpaduan antara (gitaris blues terkenal) Lenny Kravitz dan Jimi Hendrix, sambil ’menggendong’ Stevie Ray Vaughn,” ujar Jon berkias.
Ia melukiskannya demikian, lantaran Gugun tidak hanya piawai memetik gitar blues sembari memejamkan mata, tetapi juga piawai menyanyi lagu blues.
”Permainan gitarnya komplet. Gugun bisa memainkan blues, fusion, funk, dan soul. Dia bermain gitar dengan hati,” kata Jon memuji rekan mainnya yang sudah dia kenal sejak mereka suka bermain di klub-klub malam di kawasan Kemang, Jakarta, dan Bali, pada tahun 2003-2004.
Meski demikian, lantaran Gugun bermain di jalur indie (independen) dan tidak pernah rekaman lewat label besar, pria yang sudah menghasilkan dua album rekaman, Get the Bug (2004) dan Turn It On (2007), itu ”kurang dikenal luas” di negeri sendiri meski album rekamannya sebenarnya asyik didengar.
Bahkan, sejak tahun 1999-2003 pun Gugun sebenarnya sudah mulai ”jungkir balik” dengan gitar blues-nya di bawah nama De Gun. Ini dia lakukan setelah hijrah dari Riau ke Jakarta sejak tahun 1994.
”Studio Wave (dulu di Jalan Haji Nawi) sampai bangkrut gara-gara membiayai promo rekaman De Gun,” tutur Gugun, mengenai awal perjalanan musiknya yang sulit. Dalam 10 lagu dengan De Gun, ia bermain bersama Ardi (bas) dan Agung (drum).
Namun, di kalangan penggemar musik blues di klub-klub di Kemang, Jakarta, serta Seminyak dan Sanur, Bali, nama Gugun sudah cukup dikenal, terutama di kalangan ekspatriat yang mengunjungi tempat-tempat tersebut.
”Sering kami diundang untuk meramaikan pesta ulang tahun ekspatriat,” tutur Gugun.
Akhir November lalu pun, Gugun membuat terperangah pengunjung JakJazz 2008 ketika ia dan teman-temannya mengisi pentas luar festival tersebut bersama pemain keyboard senior, Abadi Soesman. Kepiawaiannya bermain blues membuat penonton saat itu tiga kali meminta tambahan lagu (encore).
Permainan gitar memang sudah menjadi kegemarannya sejak kecil. Bahkan, ketika ia masih duduk di kelas IV Sekolah Dasar Gadjah Mada, Duri, Gugun sudah keluar sebagai juara II dalam Festival Gitar Se-Provinsi Riau.
”Keluarga kami memang suka musik,” kata anak keenam dari enam bersaudara keluarga Ahmad Atam, pegawai perusahaan minyak Caltex di Riau ini.
Meski ayahnya lebih mengarahkan Gugun sebagai vokalis (menjadi juara festival lagu Melayu se-Kabupaten Bengkalis tahun 1986), ternyata dia lebih memilih bermain gitar.
Sejak duduk di bangku SMP, penggemar berat Iwan Fals, Ian Antono (gitaris band God Bless), dan almarhum penyanyi Gombloh ini, memang sudah memegang lead guitar di band sekolahnya.
Sempat lulus Akademi Bahasa Asing di Cikini, Jakarta, tahun 1997, Gugun mengaku, ”Perhatian utama saya memang bermain musik, bukan sekolah.”
Memang, sudah belasan lagu ia ciptakan dalam dua album rekaman Gugun and The Bluesbug maupun De Gun. Anda bisa menyimak permainannya lewat YouTube.
”Saya yakin, permainan dia akan mengejutkan publik musik blues di Skegness,” ujar Jon Armstrong lagi.
Tak hanya setia menemani Gugun bermusik, Jon ternyata juga mengagumi si ”Jimi Hendrix” dari Riau ini.

sumber : kompas.com

Kirk Hammett

Gitaris yang memiliki nama asli Kirk Lee Hammett ini mulai tertarik pada musik setelah sering mendengar kakak laki-lakinya memutar musik-musik Kiss, UFO, Led Zeppeline, dan Jimi Hendrix. Setelah mendengar permainan gitar Ace Frehley, ia langsung tergila-gila dengan musik-musik Kiss dan kemudian membeli album Kiss. Hal itu membuatnya mulai mempelajari gitar pada usia 15 tahun. Ia mulai rajin mengutak-atik gitarnya untuk mendapatkan sound yang sesuai dengan keinginannya.
Demam Van Halen yang melanda Amerika pada tahun 1978 rupanya berpengaruh juga terhadap Pria yang lahir di San Francisco, California pada 18 November 1962 ini. Ia menjadi semangat untuk membentuk band rock bernama Exodus. Kemudian pada bulan April 1983, Kirk mendapat telpon dari James Hetfield (gitaris sekaligus vocalis Metallica)
yang menginginkan agar Kirk segera terbang ke New York untuk diaudisi menjadi gitaris baru Metallica menggantikan Dave Mustaine yang keluar (kemudian membentuk Megadeth). Kirk pun keluar dari California dan berangkat ke New York. Akhirnya Kirk bergabung dengan James Hetfield, Lars Ulrich, dan Cliff Burton dalam Metallica.
Album debut Metallica berjudul Kill 'em All dengan cepat melambungkan nama Metallica. Album ini masih terasa pengaruh Iron Maiden dan Judas Priest. Warna Iron Maiden misalnya terdengar di lagu Hit The Lights. Namun permainan power chord yang ditampilkan James dan speed solo gitar yang ditampilkan Kirk membuat Metallica memiliki warna tersendiri.
Setelah merilis Kill 'em All, Kirk kemudian belajar gitar dengan maestro gitar yang kemudian juga menjadi salah satu dewa gitar terkemuka dunia, Joe Satriani di Beerklee College of Music. Selain Kirk, murid-murid Joe Satriani lainnya adalah Steve Vai dan David Bryson (Counting Crows). Setelah itu ia dan Metallica merilis album Ride The Lightning pada tahun 1984.
Album berikutnya Master of Puppetts menjadi salah satu album tersukses Metallica dimana terdapat banyak hits yang makin mempertegas warna musik Metallica seperti Master of Puppetts, Sanitarium, Battery, dan sebuah lagu instrumental Orion. Setelah kemunculan album ini, bisa dibilang makin banyak gitaris muda yang mengcopy gaya permainan Kirk Hammett. Kemudian tahun 1988 sebuah album yang makin membuat Metallica mendunia, and Justice For All yang didalamnya terdapat lagu hits One.
Album-album selanjutnya, Metallica (Black Album) memperoleh angka penjualan yang fantastis. Konon terjual sebanyak 20 juta copy diseluruh dunia. Kemudian album Load (1996), Reload (1997), S&M (1999), dan St. Anger (2003) meski tak pernah sesukses album-album Metallica terdahulu (kecuali S&M) namun cukup untuk memperkuat eksistensi Kirk dan juga bandnya didunia musik. Bahkan pada tahun 2003 MTV memberi gelar MTV Icon pada Metallica atas kontribusinya terhadap dunia musik. Dalam menggarap sebuah lagu-lagu Metallica, rata-rata Kirk menulis sampai 40 buah solo gitar. Meski dalam pembuatan lagu-lagu Metallica lebih didominasi oleh James Hetfield dan Lars Ulrich, namun kontribusi Kirk tak bisa dianggap remeh. Ia lah yang memasukkan permainan shredd kedalam musik-musik Metallica. Kirk juga berkali-kali terpilih sebagai gitaris terbaik versi majalah, dan baru-baru ini terpilih sebagai salah satu kandidat Greatest Metal Guitarist All Time di salah satu majalah terkemuka. Selain itu ia juga dibuatkan gitar signaturenya oleh pabrik gitar ESP.


Steve Vai

Gitaris, penulis lagu, penyanyi dan produser yang lahir di Carle Place, New York pada 6 Juni 1960 ini memiliki Bakat bermusik dari kecil, Pada umur 6 tahun, Steve mulai belajar piano. Pada umur 10 tahun, Steve mulai belajar bermain akordeon. Pada umur 13 tahun barulah Steve mulai mendalami gitar dan sejak saat itu lahirlah seorang dewa gitar yang baru.
Steve Vai mengawali karirnya dengan album debutnya Flex-Able Leftovers pada tahun 1984. Pada tahun 1990, Steve merilis album keduanya yang berjudul Passion and Warfare. Album ini mendapat pengakuan internasional dan Steve memenangkan polling pembaca majalah Guitar Player dalam 4 kategori yang berbeda. Album Steve yang ketiga berjudul Sex & Religion dirilis tahun 1993 dan album keempatnya Alien Love Secrets dirilis tahun 1995. Pada tahun 1996 album kelima Steve Fire Garden dirilis.
Tahun 1999, Steve meluncurkan album keenamnya yang berjudul Ultra Zone. Dalam album ini Steve lebih banyak memfokuskan dirinya dalam komposisi lagu dan bereksperimen dengan gitarnya. Tahun 2001 album The Seventh Song dirilis dan album ini berisi lagu-lagu slow/ballad yang pernah dirilis Steve dengan ditambah beberapa lagu baru. Dan di tahun 2001 Alive in an Ultra World pun dirilis.
Steve Vai juga pernah memproduksi 2 album Natal yang berjudul Merry Axemas Vol.1 dan Merry Axemas Vol.2, juga konser G3 bersama Joe Satriani dan Eric Johnson/Kenny Wayne Shepherd dan terakhir John Petrucci turut juga bergabung dalam G3.
Permainannya mulai dari blues, jazz, rock sampai klasik dan ethnic music. Permainan gitarnya pun tidak terbatas pada komunitas gitar saja tetapi juga bagi orang-orang awam yang tidak mendalami gitar.
Terlepas dari itu, Steve Vai adalah sebagai sosok gitaris yang mempunyai segalanya. skill mumpuni, karya yang dahsyat, dan aksi panggung yang atraktif. Steve Vai tidak hanya mengahsilkan karya lagu yang enak untuk dinikmati, tetapi aksi panggungnya yang atraktif seolah bisa menyihir penonton yang hanya bisa berdecak kagum dan tepuk tangan tanda salut.
Dengan gitarnya, pesan lagu dari karya-karya nya sangat menyentuh setiap orang yang menikmatinya. variasi nada yang diciptakan Steve vai sangat mengagumkan. dari senar gitarnya seolah bisa meraung-raung, melengking, menjerit, merintih, bahkan bisa “bercerita” mengikuti nada vokal dari suara manusia.

Axl Rose

vokalis Guns n Roses yang paling dicintai sekaligus dibenci oleh fansnya sendiri dan yang paling disalahkan atas pecahnya formasi GnR ini memiliki nama asli William Bruce Rose atau lebih dikenal sebagai Axl rose lahir di Lafayette, Indiana, US. Ayahnya meninggalkanya saat dia berusia 2 tahun. setelah dewasa, Axl banyak menghabiskan waktu di kelas2 Terapi karena masa kecilnya yang suram, Axl juga berkata pada publik bahwa dia mengalami sexual abuse oleh ayah biologisnya.

seiring berjalannya waktu keadaan tidak kunjung membaik setelah ibunya menikah lagi dengan Bailey, Axl kembali diperlakukan dengan kasar oleh ayah tirinya . Axl kecil tumbuh di lingkungan gereja yang ketat, dia rajin bertandang ke gereja antara 3 sampai 8 kali setiap minggunya. Dan mulai mengasah kemampuan vokalnya dengan menyanyi di gereja bersama kedua saudara tirinya sehingga mereka disebut sebagai "Trio Bailey".

perlakuan kasar Bailey sewaktu kecil membuat Axl menolak menggunakan "Bailey" sebagai nama marganya kelak ketika dia berganti nama menjadi Axl. Axl junior belum menyadari bahwa Bailey adalah ayah tirinya hingga dia berusia 17 tahun saat tanpa sengaja dia menemukan kertas2 dokumen tentang pengadopsian dirinya.

dan dimulai dengan terkuaknya kebenaran tersebut Axl menjadi lebih "liar". Dia bahkan beberapa kali berurusan dengan polisi dan diusir dari rumah karena menolak memotong rambutnya.
Axl bertemu dengan Izzy Straddlin di sekoah mengemudi dan keduanya dengan cepat menjadi teman baik dan mulai bermain band bersama Tracii Guns. Namun, pada periode ini Izzy sempat meninggalkan rose untuk mengadu nasib di Los Angeles guna lebih fokus di musik.
karena hal ini pula Axl memutuskan meninggalkan Lafayette dan memulai petualanganya dengan mengembara hingga pada akhirnya bertemu kembali dengan Izzy dan terus bersama dengan petualanganya untuk tetap survive di L.A.

The Most Dangerous Band in the World mulai terbentuk dengan bertemunya duo axl dan izzy (Hollywood Rose) dengan tracii guns(L.A. guns) pada 1985 sehingga melebur menjadi Guns N Roses termasuk Duff McKagan dan Ole Beich, kemudia Tracii hengkang dan diisi oleh Slash dan Steven Adler. Bersama formasi ini mereka merekam album EP pertama yang berisi 4 lagu "Life ?!*@ Like a Suicide" dibawah naungan label mereka sendiri, UZI Suicide pada desember di tahun yang sama.

Menyusul kemudian album major perdana mereka "Apetite for Destruction" yang dirilis di 21 juli 1987. Album debut super ini pada awalnya kurang dikenal dan hanya terjual 500 ribu kopi di tahun pertama rilis, Album ini pada akhirnya terangkat memuncaki no 1 tangga lagu Billboard Chart 200 berkat konser live dan hit "sweet child o'mine" yang sukses mengangkat Apetite for Destruction hingga 15 kali Platinum dan terjual lebih dari 27 juta kopi. Dan kemudian hadirlah GNR Lies. Buntut kesuksesan GnR Di era 88-90an ini nama Axl Rose begitu terkenal luas dan dipuja meski sebenarnya keadaan di dalam Band sendiri mulai tumbuh masalah, salah satunya dipecatnya manajer mereka, Alan Niven dan digantikan oleh Doug Goldstein, lalu masalah Steven dengan drugs & alkohol yang mengakibatkan ditendangnya Steve dan posisinya diisi oleh Mat Sorum.

Dengan materi lagu yang berlimpah, dirilislah Use Your Illusion I dan II pada 17 desember '91 yang menduduki posisi #1 dan #2 di chart Billboard, ini adalah dobel album pertama yang menduduki posisi tersebut. kedua album itu bahkan sukses bertengger disana sampai 108 minggu. Sebelum dirilis GnR terlebih dulu mengadakan tur promo panjang selama 28 bulan dengan Dizzy Reeds sebagai anggota tetap ke enam yang berhasil menyita perhatian musik rock dunia dan sukses meraih kesuksesan finansial dari tur tersebut.

namun banyak juga kejadian kontroversial dari tur tersebut. Perilaku Axl di atas panggung pun kerap memancing kerusuhan bahkan berbuntut nyawa seperti di 1988 Monsters of Rock Castle Donington, , karena hal tersebut GnR di beri label "the most dangerous band in the world" , kejadian lain yang patut disorot juga sewaktu konser di saint louis dalam promo album UUI sewaktu memainkan Rocket Queen, axl mendapati ada seorang fans yang merekamnya dengan kamera, melihat hal itu secara spontan axl langsung terjun ke tengah crowd merebut kamera tersebut, membantingnya lalu berujar "Thanks to the lame-ass security, I'm going home!". Penghentian konser secara tiba tiba membuat penonton mengamuk dan merusak stage serta peralatan GnR. Atas kejadian tersebut Axl dinyatakan bersalah dan diwajibkan membayar denda $50.000. Begitupula di konser GnR yang sepanggung dengan Metallica. Karena cedera lengan yang dialami oleh james heitzfield (karena terbakar pyrotechnics secara tidak sengaja ) sehingga membuat Metallica mengakhiri konsernya lebih cepat dari yang direncanakan. Untuk mengisi hal itu, diharapkan GnR mampu melunasi kekecewaan para fans, namun setelah bermain hanya dalam waktu 50 menit axl menyudahinya dengan berkata “Thank you, your money will be refunded”, massa pun mengamuk lagi. Tidak cukup sampai disitu hobi Axl menghentikan show di tengah acara nampaknya masih berlanjut hingga 11 Juni 2006, Guns N' Roses Download Festival di Donington Park karena Axl mendapati barang yang dilempar ke atas panggung.

Selama tur tersebut, Axl megakuisisi royalti penggunaan nama band mereka dari para personil lainya. Hal tersebut menyebabkan ketegangan internal dan berujung pada hengkangnya Izzy di 7 november '91 dan digantikan Gilby Clark selama 2 tahun lalu di replace lagi oleh teman masa kecil Axl Paul Tobias.
disaat itu pula Slash marah hingga cabut kemudian disusul oleh Matt Sorum dan Duff, meninggalkan Axl dan Dizzy Reed sebagai personil era Use Your Illusion yang tersisa.

Slash dan Duff yang telah hengkang sempat berhadapan dengan Axl untuk mencegah dirilisnya Greatest Hits dimana mereka gagal. di tahun 2005 mereka kembali menuntut Axl atas royalti lagu lagu mereka. Selain tetap eksis di GnR versi Axl, Axl juga kerap muncul di berbagai side project seperti ikut menyumbang vokalnya di album angel down Sebastian Bach ex-Skid Row.

Bondan Prakoso

anak kedua dari tiga bersaudara kelahiran 8 Mei 1984 pasangan dari Lili Yulianingsih dan Sisco Batara ini mengawali karirnya sebagai penyanyi cilik di era 80-an hingga awal tahun 90-an. Album perdananya yang bertitel Si Lumba-Lumba sukses dipasaran dan mencuatkan namanya.
Bondan yang juga Alumni D3 Sastra Belanda Universitas Indonesia ini memulai karir remaja dan dewasanya saat membentuk band Funky Kopral ditahun 1999 hingga tahun 2002.

Ditahun 1999, Bondan membentuk band Funky Kopral , sebagai bassis, hingga merilis 3 buah album. Bahkan album kedua band ini diganjar penghargaan AMI Sharp Awards ditahun 2001 untuk kategori Group Alternatif Terbaik. Ditahun 2003, Funky Kopral merilis album ketiga mereka dengan kolaborasi bersama Setiawan Djodi dengan hits singel Tokek dan lagi-lagi diganjar penghargaan AMI Sharp Awards ditahun 2003 untuk kategori Kolaborasi Rock Terbaik.

Sayang, setelah album ketiga mereka dirilis, band ini bubar. Hingga ditahun 2005 ia membentuk band baru bernama Bondan Prakoso & Fade 2 Black dengan genre musik Pop Rock yang dipadu dengan Rap. Dengan band barunya ini, Bondan diganjar penghargaan serupa, yakni AMI Sharp Awards ditahun 2008 untuk kategori Group Rap Terbaik.
ditahun 2006 Bondan bersama 12 orang pemain bass dari berbagai band di Indonesia seperti Thomas "GIGI", Rindra "Padi", Bongky "BIP", Adam Sheila on 7 dan bassis Indonesia lainnya diganjar penghargaan oleh MURI untuk penghargaan Penampilan Bassis terbanyak dalam satu panggung.
Pada tanggal 17 Desember 2007,
Bondan menikahi kekasihnya yang bernama Margareth atau yang akrab disapa Margie yang bertempat di Restoran Cibintung, Ciputat, Tangerang, dengan mas kawin berupa seperangkat alat sholat dan 17 gram emas.
kini telah menjadi seorang ayah dari putri pertamanya yang masih berusia 5 bulan itu. Dan memilih vakum 2 sampai 3 bulan demi sang anak. Pasalnya baik Bondan maupun Margie sang isteri ingin merawat putri pertama mereka yang bernama Kara Annabelle Prakoso itu.

DISKOGRAPHY

:: 1988-1995
8 ALBUM CHILD SINGER
Singer

:: 1999-2001
2 ALBUM WITH FUNKY KOPRAL
Bassis,Music Producer
Universal Music Indonesia
Group Alternatif terbaik AMI SHARP AWARD 2001

:: 2002
1 ALBUM COLABORATION SETIAWAN DJODY FEAT
FUNKY KOPRAL
Bassis
AIRO RECORD
Kolaborasi Rock Terbaik AMI SHARP AWARD 2003

:: 2005
BONDAN PRAKOSO & FADE 2 BLACK
ALBUM : RESPECT
Producer,Composer,Arranger,Singer,Bass&Guitar
and All Instrument
Sony BMG

:: 2006
BASS HEROES (13 Top Bass Player Indonesia)
Bondan Prakoso,Thomas “gigi”,Rindra “padi”,
Bongki “bip”,Ronny “cokelat”,Adam “so7”,Indro,
Bintang,Iwan Xaverius,Ari Firman,Arya,
Barry likumahua,Nissa “Omllete”
Sony BMG
Break The Record MURI (Museum Record Indonesia)
Penampilan Bassis terbanyak dalam satu panggung

John Paul Ivan

Lahir di Surabaya, pada tanggal 03 Januari 1971. Anak pertama dari empat bersaudara, tertarik main musik rock pertama kali setelah menonton video musik dari KISS. Pada saat SMP sempat kursus gitar, awalnya gitar klasik, namun setelah itu lebih tertarik pada gitar elektrik. Belajar gitar selama hampir 2 tahun dan akhirnya memutuskan untuk mengembangkan diri sampai sekarang.

"Aku suka belajar dari orang lain, dalam arti aku suka mengambil pelajaran dari pribadi, karakter, dan sifat orang-orang disekelilingku. Bagiku, mereka bisa memberi banyak hal yang kuperlukan untuk pergaulan, pemikiran dan untuk hidupku. Aku juga tidak keberatan orang lain belajar sesuatu dari aku (live to learn, learn to live). Bagiku membuat orang lain bahagia, adalah sesuatu yang paling membahagiakan. Mungkin disitulah letak kebahagiaanku yang paling besar. Aku sendiri nggak tau kenapa begitu. Aku mungkin juga termasuk orang yang agak idealis, tapi memang wajar setiap orang punya idealisme dalam hidupnya. Dan mungkin perlu untuk bisa tetap survive dan menjadi sosok yang diinginkan oleh orang itu sendiri. Begitu juga dengan aku. Menjadi diriku sendiri adalah yang selalu kuusahakan dalam berbagai hal. Bila bericara tentang keinginanku untuk menjadi diriku sendiri, juga berkaitan dengan keinginanku di musik. Aku sangat mencintai musik, musik bagiku adalah segalanya (music is my life). Musik membuatku bahagia dan mendapatkan kepuasan batin. Aku juga bisa menuangkan ide-ide dan keinginan-keinginanku akan keindahan. Harmonisasi dari bunyi-bunyian sangat membuatku merasa nyaman, apalagi aku sendiri yang menciptakannya. Sungguh kebahagiaan yang luar biasa. Dan aku juga ingin musikku bisa dinikmati oleh orang lain, meskipun aku tidak harus memenuhi “selera pasar”, tapi bila musikku bisa dinikmati oleh banyak orang, betapa akan sangat membahagiakan".

Pertama kali John Paul Ivan ngeband sewaktu di SMA, setelah itu membentuk band RADD bersama Henry (bass). Setelah itu John Paul Ivan banyak bergabung dengan band-band Surabaya antara lain BULDOZER, BIG PANZER (sempat merekam dua single dalam album INDONESIAN ROCK & METAL produksi Harpa Records tahun 1990). Pada tahun 1991, John Paul Ivan kembali lagi bertemu dengan Henry di group LOST ANGELS yang merupakan cikal bakal BOOMERANG.

Dalam masalah musik tentu saja John Paul Ivan selalu terbawa dalam atmosfir Boomerang. "Aku dan Boomerang tumbuh dan besar bersama-sama, bagiku Boomerang merupakan tempat dimana aku bisa mencurahkan keinginan dan ide-ide musikku. Dengan bekerja dalam team atau sebuah band, kita akan maju dan berkembang bersama untuk menghasilkan karya atau lagu yang sesuai dengan keinginan kita sendiri. Keinginanku untuk Boomerang adalah membawa group ini berkembang dan bisa dikenal oleh lebih banyak orang. Akan memberi kepuasan tersendiri bila lebih banyak orang yang bisa ikut menikmati musik yang kami bawakan. Tapi memang segala sesuatu tidak mudah, harus dengan ketekunan dan kesungguhan yang luar biasa. Aku mungkin memang ambisius, tapi sikap ambisius yang bisa memicu untuk lebih berkembang dan maju. Bukan jenis ambisiusitas yang oportunis dan mementingkan keinginan sendiri saja. Pengaruh musik yang aku dapatkan antara lain dari Jimi Hendrix, Joe Satriani, Led Zeppelin, dan nggak lain KISS sendiri yang udah mengubah jalan hidupku, tumbuh menjadi besar seiring besarnya Boomerang".

Setelah 3 tahun dengan nama Lost Angels, dan lebih dari 11 tahun bersama dengan memakai nama Boomerang yang telah menghasilkan 7 album, John Paul Ivan memutuskan hengkang dari band yang dia rintis dari sejak awal, dikarenakan udah tidak ada kecocokan lagi bersama 3 teman lainnya dalam mengembangkan karir dan eksistensi Boomerang di masa depan. John Paul Ivan melakukan konser terakhirnya bersama Boomerang di Dili, East Timor, pada tanggal 12 Juni 2005, dan merupakan show yang fenomenal dalam sejarah karir Boomerang karena dipadati hampir 70.000 penonton yang datang di stadion untuk menyaksikan konser perpisahan John Paul Ivan dengan Boomerang.

Seiring dengan waktu kesendiriannya, John Paul Ivan banyak melakukan showcase ngejam bersama teman2 musisi dan dj, dan sempat membentuk band project dengan nama 'John Paul Ivan Trio'. Pada bulan November 2005, John Paul Ivan menerima tawaran dari Log Zhelebour untuk gabung (featuring) di band U9, setelah melewati proses negosiasi John Paul Ivan memutuskan untuk gabung dan segera masuk studio rekaman di Jakarta untuk penggarapan album kedua U9 di awal January 2006. Setelah selesai membuat 3 video klip, album 'Complex' rilis dipasaran pada bulan July 2006, dan John Paul Ivan siap tour show kembali bersama U9. Selama tahun 2007 John Paul Ivan banyak melakukan show sendiri, baik dalam featuring di band-band nasional atau internasional, dan beberapa DJ, akhirnya John Paul Ivan memutuskan untuk lebih berkonsentrasi dalam menyelesaikan debut album solo nya. Wait N See!

Oppie Andaresta

memiliki nama asli Ovie Ariesta dan dilahirkan di Jakarta pada 20 Januari 1971. Wanita berdarah Padang yang lahir dari komunitas potlot ini dikenal banyak membawakan lagu-lagu bernuansa kritik sosial,
memulai kariernya sebagai Ovie, pada 1990 'bidadari badung' ini pernah merilis single Satu Macam Saja dengan nuansa pop-rock. dia juga sempat duet dengan Mayangsari lalu bertrio dengan Mayangsari dan Lady Avisha membawakan lagu-lagu slow rock.
Namanya mulai melejit kala merilis album pertamanya sebagai Oppie Andaresta yang bertajuk Albumnya Oppie pada 1993. Judul album yang tepat, karena selain diproduseri sendiri, lagu-lagunya juga sebagian ditulis sendiri, dan warna musiknya memang beda dengan yang selama ini dibawakan 'Ovie'. Single andalannya "Cuma Khayalan" langsung menjadi hits kala itu. Tembang andalan lain dari album ini adalah "Cuma Karena Aku Perempuan" dan "Pasir Putih".
Oppie kemudian merilis album Bidadari Badung pada 1995 dengan menawarkan sentuhan rock n' roll blues ala potlot. album yang menurut saya adalah album terbaik seorang oppie andaresta, lalu disusul album Berubah pada 1998.
cukup lama oppie vakum setelah album ketiga tersebut dan namanya semakin jarang terdengar di kalangan pecinta musik tanah air. mungkin salah satu penyebabnya adalah karenaOppie menikah dengan Kurt Kaler, warga negara Amerika keturunan Jerman pada 23 September 2000 di Mesjid Pondok Indah, Jakarta Selatan.
hingga pada 2001 di Album keempatnya, Hitam Ke Putih, Oppie berubah menjadi lebih dewasa. Album yang berisi 20 lagu dengan dua single andalan yang berjudul "Hanya Kau Yang Bisa" dan "Aku Pernah" ini perilisannya sempat dicekal pihak Kejaksaan Negeri dengan alasan yang tidak pasti.
Tahun 2003 Oppie kembali merilis album bertajuk Lagu Bagusnya Oppie, kali ini dengan menggandeng Universal Music Indonesia. Album ini berisi dua lagu terbaru, "Bintang Jatuh" dan "Asal Tau Sama Tau" serta 10 lagu terdahulu dengan aransemen baru. Lagu-lagunya yang dulu kondang seperti "Cuma Khayalan", "Na Na Na", "Untung VS Buntung", "Ingat-Ingat Pesan Mama", dan "Cuma Karena Aku Perempuan" hadir di Lagu Bagusnya Oppie. Namun tak satu pun lagu dari album keempat, Hitam ke Putih yang dimunculkannya. Alasannya, muatan lagu-lagu di Hitam ke Putih yang beredar dua tahun lalu masih fresh dalam konsep sound dan aransemennya.
Di awal tahun 2009 ini, Oppie kembali meluncurkan singel "I Am Single, I Am Very Happy". Yang berbeda dengan sebelumnya, Oppie tidak merilis album, melainkan hanya singel. Hal ini lantaran keprihatinannya akan tingkat pembajakan album yang cukup tinggi di Indonesia.

--Satu Macam Saja (1990) - single
--Albumnya Oppie (1993)
--Bidadari Badung (1995)
--Berubah (1998)
--Hitam Ke Putih (2001)
--Lagu Bagusnya Oppie (2003)
--I Am Single, I Am Very Happy (2009)

Jeff Beck

Jeff Beck adalah gitaris Inggris yang pernah bergabung dengan The Yardbirds dan membentuk Jeff Beck Group. Dia kemudian menjalankan kari solo yang panjang.
Dia merupakan salah satu gitaris 1960an yang bereksperimen dengan electronic distortion (terdengar dalam album Yardbirds Roger the Engineer tahun 1966) yang membuat definisi baru sound dan peranan gitar elektrik dalam musik rock. Mereka mengantisipasi apa yang kemudian dieksplorasi Jimi Hendrix.

Kelemahan Beck terletak pada kesulitan penyesuaian kemampuan instrumental diri sendiri dalam kimiawi grup. Mungkin satu-satunya grup yang sanggup mengimbangi kemampuannya adalah Jeff Beck Group, namun dominasinya yang berlebihan membubarkan grup setelah membuat dua album. Belakangan ini, dia menyerap pengaruh techno dan menciptakan satu paduan gitar rock dan elektronika yang disebut sebagai electro guitar.

Seperti musisi rock 1960an yang lain, Jeff Beck mulai berkarir sebagai gitaris sessi di London. Dia bergabung dengan The Yardbirds yang ditinggal Eric Clapton pada tahun 1965 dan bersama Jimmy Page memainkan gitar dual-lead. Keberadaan dia menghasilkan banyak hits untuk Yardbirds. Namun setelah 18 bulan, dia meninggalkan band ini karena stres.

Tahun berikutnya, Beck membentuk Jeff Beck Group dengan merekruit Rod Stewart pada vokal, Ron Wood pada bass, Mick Waller pada drums dan Nicky Hopkins pada piano. Jeff Beck Group membuat dua album, Truth (1968) dan Beck-Ola (1969). Ketidak-cocokan antara mereka mengakibatkan Rod Stewart dan Ron Wood berpaling ke The Faces. Truth menginspirasikan Jimmy Page untuk membuat Led Zeppelin I.

Jeff Beck membubarkan Jeff Beck Group pada tahun 1972 dan membentuk power trio yang bernama Beck, Bogert, and Appice, dengan Tim Bogert pada bass dan Carmine Appice pada drums. Tidak mendapat perhatian pers, grup cepat bubar, meskipun menghasilkan satu hit dengan sebuah cover lagu Stevie Wonder - "Superstition". Beck di kemudian hari bermain gitar lead dalam album Stevie Wonder, Talking Book.

Selanjutnya pada tahun 1975, Beck membuat album solo instrumental bergaya jazz fusion dengan judul Blow by Blow. Blow by Blow disambut positif oleh pers dan pendengar dan menempati posisi ke 4 di chart AS. Tahun berikutnya, Beck berkolaborasi dengan keyboardist Jan Hammer dan membuat Wired dengan konsep yang sama dan meraih kesuksesan yang sama

Selama 1980an dan 1990an, Jeff Beck membuat album secara sporadis, antara lain Flash (1985) (menampilkan Rod Stewart dan Jan Hammer), Guitar Shop (1989), Crazy Legs (1993) dan Who Else (1999).

Tahun 2001, lagu “Dirty Mind” dari You Had It Coming memenangkan Grammy Award ketiga buat Beck dalam kategori “Best Rock Instrumental Performance”. Tahun 2003, album berjudul Jeff menunjukkan Jeff Beck tetap memainkan gaya electro guitar yang dimainkan dia dalam dua album terakhir, dan lagu “Plan B” memenangkan dia Grammy Award keempat dalam kategori yang sama.

Discography

Album

1968 Truth
1969 Beck-Ola
1971 Rough and Ready
1972 Jeff Beck Group
1973 Beck Bogert & Appice
1975 Blow by Blow
1976 Wired
1977 Beff Jeck With the Jan Hammer Group Live (Live)
1980 There and Back
1985 Flash
1989 Jeff Beck's Guitar Shop
1992 Frankie's House
1993 Crazy Legs
1999 Who Else!
2001 You Had It Coming
2003 Jeff

Jimi Hendrix

Perjalanan karirnya sangat pendek, namun namanya punya gaung sangat panjang. Bahkan hingga hari ini. Dialah Jimi Hendrix. Usianya tidak sampai 28 tahun, tetapi masih tetap dipuja meski sudah 30 tahun ia meninggal dunia. Lahir di King Country Hospital, Seattle, Washington pada 27 November 1942. Dengan nama Johnny Allen Hendricks. Ia putra sulung pasangan Alex Hendricks yang Afro-Amerika Meksiko dan Lucille, seorang Indian Cherokee. Nama itu merupakan pemberian ibunya, yang kemudian diubah oleh sang ayah menjadi James Marshall Hendricks pada saat Hendrix kecil berusia 4 tahun. Kedua orangtuanya kemudian berpisah saat Jimi berumur tiga tahun.
Alex yang bekerja sebagai tukang sapu, menghidupi keluarganya dengan susah payah. Jimi kecil pun sering membantu ayahnya menyapu, dan dengan sapu itulah ia pertama kali bergaya bak seorang gitaris. Ia sering menirukan gaya duckwalk khas Chuck Berry. Sang ayah ternyata sering memperhatikan sikap puteranya.
Pada 1952, saat Jimi berusia 10 tahun, sang ibu wafat. Hal ini membuat Jimi sangat terpukul dan menjadi anak yang pemurung. Alex sebagai seorang penganut agama yang taat, mengajarinya untuk tabah. Ia sering mengajak Jimi ke gereja dan ikut dalam paduan suara. Tetapi itu rupanya belum cukup untuk menghibur Jimi.
Karena kasihan melihat Jimi yang tak kunjung berhenti bersedih, ayahnya membelikan Jimi sebuah gitar akustik sebagai hadiah ulang tahun ke-12. Gitar itu dibeli dari seorang kawan ayahnya itu seharga 5 dollar. Gitar itu kemudian dibalik susunan senarnya oleh Jimi yang kidal, sehingga ia dapat memainkan gitarnya dengan tangan kiri memetik senar, sedangkan yang kanan menari di atas fretboard.
Dengan bermain gitar, Jimi mulai dapat melupakan kepedihan ditinggal ibunya. Apalagi tiga bulan kemudian, Jimi dibelikan lagi sebuah gitar listrik Supro Ozark 160S oleh Alex. Eksplorasi musiknya pun menjadi lebih luas dengan gitar tersebut dan Jimi membentuk bandnya yang pertama Velvetone.
Sepanjang masa remaja itulah Jimi terus berlatih memainkan gitar. Ia sempat dikeluarkan dari sekolahnya Garfield High School gara-gara kebandelannya mengganggu para ceweq. Setelah putus sekolah, ia malah bisa lebih konsen membantu sang ayah. Dan tentunya ia juga lebih banyak mempunyai waktu untuk mengulik gitar.
Jimi punya kegemaran mendengarkan album milik musisi blues beken seperti B.B. King, Elmore James dan Muddy Waters, ataupun para rock n' roller seperti Chuck Berry dan Eddie Cochran. Lagu 'Rock And Roll Music' dari Chuck Berry termasuk lagu yang paling sering dibawakan Hendrix. Bahkan kemudian B.B. King memberi penghormatan kepadanya dengan mengabadikan nama ibu Hendrix, Lucille pada gitar Gibsonnya.
Jimi mulai berkarir di musik tahun 1960, saat ia menjadi anggota sebuah band bernama Rocking Kings dan mulai sering manggung di tempat konser seputar Seattle. Walaupun sudah mulai menarik perhatian para pencinta musik, ia tampaknya belum bisa menunjukkan totalitasnya karena setahun kemudian ia malah kena wajib militer dan bergabung dengan angkatan darat di Fort Ord, California.
Kemudian ia ditempatkan di 101st Airborne Paratroopers di Fort Campbell, Kentucky sebagai pasukan penerjun. Saat inilah ia bertemu dengan Billy Cox, seorang pemain bass berkulit hitam yang cukup disegani di kalangan musisi blues pada saat itu. Mereka sempat bermain di dalam band angkatan.
Dikarenakan cedera pergelangan kaki saat penerjunan yang ke- 26 kalinya, Hendrix kemudian diminta meninggalkan angkatan. Hikmah dari kejadian ini adalah ia jadi tidak perlu ikut dalam perang Vietnam yang meletus beberapa tahun kemudian. Saat itulah ia kembali bergabung dengan bekas teman-teman bandnya dan membentuk Bob Fisher & The Barnevilles. Mereka kemudian menjadi band pembuka untuk beberapa musisi untuk tour Amerika sebelum Hendrix kemudian pindah ke Vancouver, Kanada.
Tahun 1963, Hendrix pindah lagi ke Tennessee, dan di kampungnya Elvis Presley ini, ia bermain dengan sederet nama top waktu itu seperti Little Richard, Hank Ballard dan The Supremes. Ia juga ikutan di dua single-nya Lonnie Youngblood. Sayang, ia tidak sempat membuat kerja sama dengan Elvis. Tetapi ia sering menampilkan hit dari sang raja itu, yaitu 'Hound Dog' dan bahkan sempat pula merekamnya. Tentunya dengan versinya sendiri yang penuh teriakan dan geraman terutama di bagian chorus-nya.
Merasa kurang bisa mengembangkan karirnya, Hendrix pindah lagi dan kali ini ke New York. Di kota Big Apple itu, ia bermain bersama dengan Isley Brothers, sepanjang tahun 1964, termasuk untuk rekamannya di studio. Ia juga berkolaborasi dengan penyanyi soul Curtis Knight.
Knight kemudian menulis lagu 'Ballad Of Jimi' yang ditulisnya pada 1965, setelah Jimi berkata padanya bahwa ia (Jimi) akan mati lima tahun lagi. Tahun itu juga Hendrix menjadi anggota band pendamping Little Richard dan sering berkeliling di panggung- panggung seputar New York, salah satunya adalah Paramount Theater.
Sebagai musisi pendukung, tentu saja Hendrix kurang dapat mengekspos kemampuannya bermain gitar secara maksimal. Bahkan Little Richard pernah menyuruhnya melepas pakaiannya yang dinilai terlalu mencolok. Dan menggantinya dengan pakaian yang sudah dipersiapkan bagi musisi pengiring.
Menjadi orang kedua tentunya bukanlah harapan Hendrix. Tidak bisa menonjolkan diri dan dengan bayaran kecil membuatnya tertekan. Suatu ketika ia berjalan-jalan bersama pacarnya Jeannette Jacobs, ia menunjuk pada baju-baju bagus di etalase sebuah toko. Ia bilang pada Jeannette, ”Jika saya terkenal nanti, saya akan belikan kamu baju seperti itu.” Jeannette tersenyum, tidak yakin hal itu akan jadi kenyataan. Karena saat itu Jimi sendiri hanya memiliki dua potong kemeja, dua celana dan sepasang sepatu butut.
Pada tahun berikutnya 1966, Hendrix mulai menemukan jati dirinya yang sesungguhnya. Ia membangun bandnya sendiri, Jimmy James & The Blue Flames. Saat main di Café Wha! di Greenwich Village, New York pada bulan Juni, penampilannya dikagumi oleh Linda Keith. Linda yang pacar gitaris Rolling Stones, Keith Richards itu, tak lama kemudian mempertemukannya dengan bassis grup Inggris The Animals, Chas Chandler. Chandler pula yang mengusulkan mengganti nama Hendricks menjadi Hendrix. Ia kemudian mengajak Hendrix mengembangkan karir di London.
Ke Inggris? Tempat para jawara gitar itu? Hendrix sempat ragu. Selain Keith Richards, di Inggris bercokol para gitaris hebat seperti George Harrison (The Beatles), Pete Townsend (The Who) dan tiga gitaris jebolan Yardbirds: Jimmy Page (Led Zeppelin), Jeff Beck dan Eric Clapton (Cream). Hendrix minder untuk bertemu dengan Richards dan yang lainnya. Tetapi bilang pada Chandler ia ingin juga bertemu dengan Clapton.
“Tidak ada masalah dengan Richards,” kata Chandler. “Pacarnya sendiri yang merekomendasi kamu,” tambahnya. “Dan jika Clapton mendengarkan permainan kamu, maka dialah yang ingin bertemu kamu.” Chandler meyakinkan Hendrix. Dan walaupun membutuhkan waktu lima minggu untuk berpikir, ia pun akhirnya setuju. Maka, setelah mengurus berbagai macam keperluan, berangkatlah keduanya ke London.
Setiba di London pada 24 September 1966, Hendrix yang sebenarnya masih ragu, diajak Chandler ke kafenya Zoot Money. Di kafe yang merupakan tempat nongkrong para musisi itu, Hendrix sempat ngejam dengan pemusik setempat. Akhirnya Hendrix menemukan kepercayaan dirinya dan merasa akan cocok berkarir di Inggris.
Chandler kemudian mengajak Hendrix berkeliling dari tempat satu ke tempat lainnya. Ia yang cukup ngetop bersama The Animals, banyak kenal dengan para musisi dan pemilik klab. Hal ini banyak membantu Jimi mendapatkan kesempatan untuk manggung. Di klab Blaises tempat Hendrix bermain, ia dilihat oleh Johnny Hallyday yang saat itu merupakan penyanyi top di Perancis. Ia kemudian bernegosiasi dengan Chandler membicarakan kemungkinan kerja sama. Akhirnya diperoleh kesepakatan yaitu, Hendrix akan membuka konser Johnny. Tetapi Hendrix merasa harus memiliki band sendiri.
Di London, Chandler lalu mencarikan Hendrix dua 'pengawal' tangguh untuk posisi drums dan bass. Ia mendengar bahwa penggebuk drum Mitch Mitchell (lahir John Mitchell, 9 Juni 1947) keluar dari Georgie Fame's Blue Flames. Maka direkrutlah Mitchell mengisi posisi tersebut. Tinggal posisi pembetot bass yang masih lowong.
Saat itulah, Noel Redding (lahir David Redding, 25 Desember 1945) yang mengikuti audisi untuk jadi gitaris The Animals, ditawari jadi pemain bass bersama Hendrix. Karena posisi gitaris dalam The Animals sudah terisi, dan menyadari persaingan sebagai pemain gitar terlalu ketat, ia setuju untuk jadi pemain bass dan menerima tawaran tersebut.
Mitchell merupakan seorang aktor cilik untuk iklan TV, sebelum memutuskan menjadi musisi pada saat remaja. Ia sangat menyukai permainan drum dari Buddy Rich dan Gene Kruppa. Sedangkan Redding yang jebolan sekolah seni, pernah bermain dengan Modern Jazz Group dan Loving Kind. Pada September inilah Hendrix sebenarnya baru ikutan mengubah namanya dari Jimmy menjadi lebih sederhana, Jimi.
Meraka bertiga membuat band Jimi Hendrix Experience yang kemudian melegenda. Itu terjadi pada Oktober 1966. Saat di mana karir Hendrix yang sesungguhnya baru dimulai. Penampilan pertama mereka adalah ketika menjadi band pembuka dari penyanyi Perancis Johnny Hallyday yang manggung di Paris Olympia pada tanggal 18 bulan yang sama.
Tetapi demi penampilannya di Paris, Hendrix membutuhkan peralatan yang lebih hebat. Ia memerlukan ampli yang lebih besar dengan daya lebih kuat. Maka, Chandler pun menjual dua buah bass-nya ( Fender Precision dan Gibson EB ) untuk membeli Marshall Supro yang kemudian menjadi trademark-nya Hendrix.
Sebulan kemudian mereka masuk studio. Mereka merekam lagu 'Stone Free' ciptaan Hendrix dan 'Hey Joe' karya Billy Roberts dan pernah dinyanyikan oleh Tim Rose. Kedua lagu tersebut digarap di De Lane Lea Studio, London.
Sayang ketika itu mereka masih sepi tawaran manggung. Sedangkan mereka harus membiayai hidup dan sewa studio. Sekali lagi Chandler harus merelakan koleksi bass-nya. Kali ini sebuah Fender Jazz Bass dan sebuah Fender Precision dilego. Ia pun bertekad, pengorbanan ini harus menghasilkan sesuatu yang hebat di kemudian hari.
Harapan itu sedikit demi sedikit mulai terwujud. Pada November mereka bermain selama empat hari di Big Apple Club, Munich, Jerman. Mendapat bayaran 300 pounds, mereka mulai bisa membiayai hidup. Dan Chandler terus berusaha agar Jimi Hendrix Experience bisa lebih diliput oleh pers.
Hendrix cs. mendapat kesempatan jumpa pers pertama pada tanggal 25 bulan itu juga. Bertempat di klab Bag O' Nails, London, mereka menampilkan repertoar yang biasa mereka bawakan. Termasuk tentu saja 'Hey Joe' dan 'Stonefree'. Kalangan pers menanggapi positif penampilan mereka. Memasuki Desember, Hendrix menandatangani kontrak empat tahun dengan Yameta Company, suatu perusahaan manajemen artis. Akhirnya single pertama 'Hey Joe' dirilis oleh Polydor setelah sebelumnya ditolak oleh Decca. Mereka bertiga lalu tampil di acara TV untuk pertama kalinya di penghujung tahun 1966 itu.
Sayang pada malam Tahun Baru 1967, mereka tidak mendapat tawaran panggung. Untungnya, Redding mempunyai gagasan bagus. Ia mengajak Hendrix dan Mitchell bermain di kampung halamannya, Folkestone, sebuah kota kecil dekat London. Dan ia yang memiliki banyak kerabat di kota itu tanpa banyak kesulitan mendapatkan job.
Mereka berangkat naik kereta di dalam cuaca dingin. Tetapi hal itu tidak membekukan semangat mereka tampil di kafe Tofts. Apalagi orangtua Noel juga menyediakan tempat menginap bagi mereka plus sang manajer. Penampilan mereka di kafe Tofts itu paling tidak cukup untuk menghibur diri mereka sendiri.
Memasuki Januari 1967 keadaan sudah mulai membaik. Walaupun sempat 'terpaksa' bermain di klab-klab kecil seperti Ram Jam dan Ricky Tick, mereka ma-sih sering mendapat kesempatan tampil di Scotch of St.Thomas dan 7 ½ Club. Bahkan kadang di klab yang terletak di White Horse Street, Mayfair, London itu, penampilannya ditonton oleh musisi terkenal seperti Paul McCartney, Pete Townsend dan Mick Jagger.
Bintang-bintang top itu ternyata menyukainya. Mereka sering bilang pada pers, bahwa mereka kagum pada penampilan Hendrix. Dan hal itu tentunya merupakan keuntungan publikasi yang besar bagi Hendrix dan dua sohibnya. Karena kala itu, penyataan dari para personel The Beatles, The Who dan Rolling Stones merupakan 'santapan wajib' yang harus diyakini oleh para pencinta musik di seluruh dunia.
Akhir bulan itu, Jimi Hendrix Experience tampil di Saville Theater, London sebagai grup pembuka The Who. Kesempatan ini diperoleh juga atas permintaan Townsend. Tentu saja hal ini tidak disia-siakan. Dan Hendrix pun membuktikan bahwa mereka memang patut untuk diperhitungkan.
Pete Townsend yang kala itu merupakan gitaris dengan aksi panggung yang hebat, malam itu mendapat 'saingan berat'. Tahu bahwa Townsend akan melakukan atraksi khasnya seperti memutar gitar di udara, Hendrix melakukan atraksi yang lebih hebat. Tetap dengan cirinya seperti memetik senar pakai gigi, menggesekkan senar ke punggung atau menendang-nendang gitar. Tapi kali ini dengan gaya lebih agresif.
Pada bulan Februari, single 'Hey Joe' mendaki di nomor enam pada chart Inggris. Hendrix pun semakin terkenal dengan gayanya yang liar.
Pers juga sering mengekspos hal tersebut. Sementara itu mereka bertiga masuk studio lagi untuk menyelesaikan penggarapan album penuh. Album itu dikerjakan di Olympic Studios, Barnes, London.
Sepanjang bulan Maret tahun itu, mereka mengadakan pertunjukan keliling Eropa. Dimula di Twenty Club di Mouscron, Belgia dan 20 Club, Lille, Perancis lalu dilanjutkan ke klab legendaris yang juga melahirkan Beatles, Star Club di Hamburg, Jerman.
Balik ke Inggris, Jimi Hendrix Experience tampil pada acara “Top Of The Pops”di BBC1-TV. Saat tour kelling Inggris itu, mereka sempat sepanggung dengan Cat Steven, Walker Brothers dan Engelbert Humperdinck. Gaya agresif Jimi sempat membuatnya celaka. Waktu ia membakar gitarnya, tangannya ikutan terbakar. Ia pun dilarikan ke rumah sakit.
Kejadian lain yang tidak mengenakkan adalah ketika mereka habis bermain di New Century Hall, Manchester. Mereka menjadi korban salah sasaran dari oknum polisi setempat yang sedang razia anak di bawah umur. Ketika mau masuk ke dalam sebuah klab, mereka ditolak. Noel dan Mitch sempat ditarik polisi, mereka melawan dan mendapat beberapa pukulan. Jimi terhindar dari perlakuan tersebut karena memperlihatkan paspor Amerika. Untunglah keadaan bisa diatasi karena turun tangan sang manajer.
Tidak berapa lama Hendrix sembuh dari luka bakarnya pada bulan Mei, single 'Purple Haze' dilepas ke pasar. Sempat menduduki tangga ketiga pada chart, single tersebut segera disusul oleh album pertamanya, Are You Experienced? Album ini segera menyita perhatian pencinta musik dunia dan nangkring di posisi kedua pada chart selama 33 minggu.
Jimi Hendrix Experience mengadakan tour Eropa dimulai di Neue Welt, Berlin, Jerman. Walaupun sempat kaget terhadap respon penonton Jerman yang kalem, mereka terkesan dengan pengetahuan publik Jerman tentang mereka. Dan tour pun berlanjut ke Denmark, Belanda, Perancis dan negara-negara Skandinavia.

sumber : http://dwisusilo.com

Stevie Ray Vaughn

Gitaris yang biasa dikenal dengan nama singkatan SRV ini merupakan salah satu gitaris yang paling berpengaruh di dunia blues atau rock. sekalipun disamping nama-nama besar seperti Jimi Hendrix, Eric Clapton, Jeff Beck, B. B. King, dan Jimmy Page. Memang ia banyak menampilkan kembali karya-karya lawas Jimi Hendrix, namun caranya membawakan lagu seperti Little Wing sungguh berbeda dan menakjubkan. Tak heran banyak gitaris-gitaris blues yang lebih muda memujanya seperti Jimi Hendrix.

SRV bermain blues dengan penuh jiwa "energy" yang berbeda dibandingkan gitaris-gitaris blues yg lain. SRV memiliki style yg sangat flamboyan dan unik, hingga dari tahun 1984 sampai tahun 1990 srv menjadi best blues guitarists voting semua majalah gitar apapun. Dia juga sangat disegani oleh semua gitaris2 blues di dunia dan diakui sebagai gitaris blues pertama untuk mendobrak musik blues kembali di era 80 dan 90-an.

Ia sudah mempelajari gitar semenjak masih anak-anak karena terinspirasi dari abangnya, Jimmie Vaughan yang juga seorang gitaris blues. Ketika duduk di bangku SMP, ia sudah main band dan beberapa tahun berikutnya ia sering bermain di klab malam di daerahnya. Saat berusia 17 tahun ia memutuskan keluar dari sekolah dan memperdalam ilmu gitarnya. Band pertamanya bernama Cobras yang dibentuk sekitar pertengahan tahun 70-an. Kemudian ia membentuk band baru bernama Triple Threat di tahun 1975 dan berganti dengan nama baru, Double Trouble yang terinspirasi dari judul lagu milik Otis Rush. Nama Stevie Ray Vaughan and Double Trouble pun menjadi sangat populer di Texas.

Tahun 1982, ia dan bandnya tampil di Montreux Festival yang juga dihadiri oleh penyanyi top dunia, David Bowie. Setelah penampilannya, David Bowie sampai berdecak kagum dan langsung menawarinya untuk mengisi track gitar di album barunya Let's Dance. Tak lama kemudian, SRV mendapat kontrak rekaman dibawah bendera Epic. Album pertama Texas Flood dirilis. Diikuti oleh album-album berikutnya Couldn't Stand The Weather (1984), Soul To Soul (1985), dan album terakhir In Step (1989) yang merupakan album tersukses SRV and DT. Album terakhir tersebut mendapatkan penghargaan Grammy untuk kategori Best Contemporary Blues Recording. Tahun 1990 ia juga sempat merekam album duet dengan abangnya, Jimmie Vaughan.

Semasa hidupnya, SRV hanya mengeluarkan 4 album karena karirnya yg begitu cepat mulai berkarir tahun 1983 dan meninggal tanggal 26 agustus 1990 akibat kecelakaan helikopter setelah tampil di Alpine Valley Iowa USA yang juga dihadiri oleh Eric Clapton, Buddy Guy, Jimmie Vaughan, dan Robert Cray. Tahun 1986, SRV pernah pingsan pada saat manggung akibat narkoba dan alkohol. Tanggal 13 Oktober 1986 SRV masuk rehab dan mengikuti program The 12 Steps. Ia menjadi contoh yg baik bagi banyak gitaris blues muda hingga saat ini. SRV sering menolong org2 yg jatuh kedalam dunia narkoba. Di album yg terakhir, In Step adalah album pertama SRV semasa ia bebas dari narkoba. Menariknya album ini diakui sebagai album terbaiknya SRV.

SRV telah memberi inspirasi bagi sekian banyaknya hingga saat ini di luar negri maupun di dalam negeri seperti, Kenny Wayne Shepherd, John Mayer, Chris Duarte, Michael Landau, Eric Gales, Gary Hoey, Gugun, dan Rama Satria. Tak lupa juga SRV dikenal dan dikenang dengan gitar Fender Stratocaster SRVnya yang sangat terkenal diseluruh dunia.

sumber : www.gitaris.com

Gary Moore

Gary Moore bisa dibilang salah satu musisi blues terbaik dari dataran Britania.
Ia lahir di Belfast, Irlandia Utara 4 April 1952. seperti yang lainnya, ia beralih ke rock n' roll setelah mendengar Elvis dan The Beatles.
Dunia Blues sendiri mulai dikenalnya setelah melihat Jimi Hendrix dan Jhon Mayall's Bluesbreakers manggung di kampung halamannya.
Peter Green adalah salah satu pengaruh besarnya untuk memahami permainan gitar blues sebagai seni tersendiri yang memicunya untuk mulai terjun. Green yang kebetulan juga mendorong karirnya lewat album "Blues for Greeny" yang dirilis pada 1995.
Band pertamanya, Skid Row yang beranggota 3 orang teken kontrak dengan label CBS tahun 1970.
Gary pindah ke Dublin dan menghasilkan 3 album dan mulai jadi band pembuka untuk band2 besar pada saat itu.
hingga akhirnya ia berpisah dengan skid row dan memulai solo karir. namun entah mengapa ia membentuk Thin Lizzy dengan mengajak kembali Phil dan sempat mengadakan tour "Black Rose" di tahun 1978.
di tahun 1979, ia kembali mencoba bersolo karir dengan munculnya single hit "parisienne Walkaways" yang mengandalkan selera blues-nya dan masih bervokal Phil. single itupun menduduki 10 besar Inggris bulan itu dan albumnya sendiri "Back on the Streets" sukses di pasaran.
Akhir 70an dan awal 80an bisa dibilang adalah usaha tak henti-hentinya dalam mencari karakter
musikalnya. reuni lagi dengan Phil Lynort menghasilkan single hit "Out in the Fields". disini dia
mengekspolarisakan akarnya lewat "Wild Frontier"(1987), dan akhirnya pada 1990 lewat album "Still Got the Blues", ia mencapai puncak kreativitas dan kebebasan bermusiknya.
dari sini dapat terlihat kehebatannya yang sekelas Albert King dan Albert Collins. Tahun 1994 ia
bekerjasama dengan Ginger Baker dan Jack Bruce bersama band BBM, sempat menelorkan satu album. solo karirnya kemudian menghasilkan "Back to the Blues" dengan 10 track bernuansa blues kental yang juga menunjukkan bahwa Gary masih konsisten di jalur Blues yang menjadi ciri khas nya.



Slash

slash dilahirkan di Hampstead (London), Inggris 23 Juli 1965 dan dibesarkan di Stokeon-Trent, Staffordshire, Inggris.
Nama aslinya Saul Hudson. nama Slash adalah sebutan dari teman2 nya gara2 dia selalu cepat2 melakukan sesuatu dan pindah ke sesuatu yang lainnya.

Ibunya adalah seorang kulit hitam Amerika dan ayahnya bule Inggris. Kedua orang tuanya bergerak di bidang seni.
sejak usia 11 tahun. Slash pindah ke LA dan selama setahun ia pun masih menjadi imigran di Amerika.
nggak lama keluarga tersebut berkumpul kembali di LA dimana Slash mengalami masa transisi yang jauh beda di daerah Southern California itu,
makanya rambut panjang, jeans dan t-shirt jadi andalannya meskipun saat itu nggak seberapa sesuai untuk anak seusia dia.
Sebagai anak baru di sekolah, sebaliknya dia jadi anak yang 'seniman' banget saat di rumahnya. Ia juga bergaul dengan teman2 ortunya yang kebanyakan seniman kelas atas saat itu. Sayangnya tahun 70-an ortunya harus bercerai dan ia pun tinggal bersama neneknya hingga ia dapat memahami apa yang telah terjadi di keluarganya. Saat itulah Slash mulai mendalami BMX dan pernah gabung dengan salah satu klub di daerah tersebut hingga menang dalam suatu pertadingan.
Di Usia 15 tahun neneknya memberi dia gitar yang konon cuma bersenar satu!!
dari situ Slash mulai mendalami Led Zeppelin, Eric Clapton, Rolling Stones, Aerosmith, Jimmy Hendrix, Jeff Beck dan Neil Young. baginya album ROCKS milik Aerosmith sangat merubah hidupnya. belum lagi kesempatan yang sangat berharga buatnya bisa main bareng Jeff Beck, Eric Clapton, Lenny Kravitz, Paul Rogers, Michael Jackson, Brian May dan masih banyak lagi.
Sekolahpun berantakan sejak dia sering bolos sekolah dan main gitar seharian di luar. sekolahnya emang kacau, tapi masih untung hubungan sosialnya membaik. anak2 lainnya menganggap Slash cukup menarik dan menyenangkan.
Slash juga mulai ber-jamming dengan banyak band muda sampai akhirnya cabut dari sekolah di kelas II. harapannya, pendidikan berikutnya menanti di LA. di sana dia pun ketemu Steven Adler, dan membentuk Road Crew yang kemudian mereka berdua cari penyanyi yang bagus. Kemudian mereka ketemu ama Izzy Stradlin yang muterin suara Axl Rose.
setelah semua ngerasa cocok maka mereka mulai mencari player bassist, dan Duff Mckagan pun menjawab iklan 'dicari bassist'-nya Slash.
terbentuklah Guns n' Roses.
seiring berjalannya waktu, GnR mulai vakum, namun kekosongan GnR yang terlalu lama nggak membuatnya bengong di rumah, malahan tanpa lelah Slash berusaha membentuk band baru Slash's Snakepit barengan Matt Sorum, Gilby Clarke, Mike Inez, Erit Dover. dan mereka merekam album perdana it's five o'clock somewhere yang juga sempet dapet platinum.
buat ngelanjutin hidup band ini sempat manggung di night club dan melakukan beberapa tour kecil.
Sayangnya diskusi nya dengan Axl tentang kelanjutan band GnR nggak ada titik temu. karena Slash ingin mempertahankan GnR sebagai rock band sedang Axl pengen mengarah pada musik techno / industrial. dan puncaknya pada Oktober 1996 Slash mundur dari GnR.
sedang Axl berkuasa penuh atas GnR. tapi sempat Slash berkata pada suatu media di Amerika, kalo dia mau balik ke GnR asal band tersebut kembali ke 'wujud'-nya sebagai band rock.
dan sekarang Slash jadi gitaris band Velevet Revolver yang beranggotakan teman lawasnya di GnR dulu, Duff Mckagan dan Mat Sorum dengan vokalis eks Stone temple Pilots Scott Welland.

Iwan Fals

Iwan Fals (born 3 September 1961 in Jakarta as Virgiawan Listanto)
is an Indonesian singer and songwriter. He has released several dozen albums of mostly solo guitar-based material in a style said to be influenced by Bob Dylan. He is considered a popular singer in the country. He is known as a social observer and protest singer, although he has sung many songs about love and romance.

He is married (his wife's name is Rosanna) with three children : Galang Rambu Anarki, Annisa Cikal Rambu Basae and Rayya Rambu Robbani. His eldest son, Galang Rambu Anarki, died in April 1997 of asthma, with speculation of a morphine overdose. Iwan Fals had previously written an eponymously titled song for him on his birth in 1982

He starred in the 1985 movie, Damai Kami Sepanjang Hari, directed by Sophan Sophiaan, now a senior figure in the Indonesian Democratic Party – Struggle.



Discography
->Canda Dalam Nada (1979)
->Perjalanan (1980)
->Sarjana Muda (1981)
->Opini (1982)
->Sumbang (1983)
->Barang Antik (1984)
->Sugali (1984)
->KPJ (Kelompok Penyanyi Jalanan) (1985)
->Sore Tugu Pancoran (1985)
->Aku Sayang Kamu (1986)
->Ethiopia(1986)
->Lancar (1987)
->Wakil Rakyat (1987)
->1910 (1988)
->Antara Aku, Kau Dan Bekas Pacarmu (1988)
->Mata Dewa (1989)
->Swami I (1989)
->Kantata Takwa (1990)
->Cikal (1991)
->Swami II (1991)
->Belum Ada Judul (1992)
->Hijau (1992)
->Dalbo (1993)
->Anak Wayang (1994)
->Orang Gila (1994)
->Lagu Pemanjat (bersama Trahlor) (1996)
->Kantata Samsara (1998)
->Best Of The Best (2000)
->Suara Hati (2002)
->In Collaboration with (2003)
->Manusia Setengah Dewa (2004)
->In Love (2005)
->50:50 (2007)

Mick Jagger

Jagger was born into a middle-class family at the Livingstone Hospital, Dartford, Kent, England. His father, Basil Fanshawe ("Joe") Jagger, and his paternal grandfather, David Ernest Jagger, were both teachers; his mother, Eva Ensley Mary Scutts (13 April 1913 – 18 May 2000), an Australian immigrant to England, was an active member of the Conservative Party. Jagger was the eldest of two sons and was raised to follow in his father's career path.
In the book According to the Rolling Stones, Jagger states "I was always a singer. I always sang as a child. I was one of those kids who just liked to sing. Some kids sing in choirs; others like to show off in front of the mirror. I was in the church choir and I also loved listening to singers on the radio - the BBC or Radio Luxembourg - or watching them on TV and in the movies."
Academically successful, he attended Dartford Grammar School where he passed 3 A-levels, before entering the London School of Economics on a scholarship. As a student, Jagger frequented a London club called "The Firehouse". At the age of 19, Jagger began performing as a singer. Jagger had no formal musical training and did not know how to read music.

In the early 1950s Keith Richards and Mick Jagger (who as a youngster preferred the nickname Mike) were classmates at Wentworth Primary School in Dartford, Kent. Richards and Jagger were reunited in 1960 and found they shared a love for rhythm and blues music. They moved into a flat in Chelsea with guitarist Brian Jones. While Richards and Jones were making plans to start their own rock and roll band, Jagger continued his business courses at the London School of Economics. He studied for a degree in accounting and finance, with a minor in physical education, but attended for less than a year and did not graduate, leaving to pursue a musical career.
In their earliest days the members played for nothing in the interval of Alexis Korner's gigs at a basement club opposite Ealing Broadway tube station (subsequently called "Ferry's" club).
At the time the band had very little equipment and needed to borrow Alexis' gear to play. This was before Andrew Oldham became their manager. The band’s first appearance under the name The Rollin' Stones (after one of their favourite Muddy Waters tunes) was at a jazz club called the Marquee Club on 12 July 1962. The lineup did not at that time include drummer Charlie Watts and bassist Bill Wyman. By 1963, they were finding their stride as well as popularity. By 1964 two different opinion polls named them as England's most popular group outranking even the Beatles.
By the autumn of 1963, Jagger had left the LSE in favour of his blossoming musical career with the Rolling Stones. The band continued to mine the works of American rhythm and blues artists such as Chuck Berry and Bo Diddley, but Jagger and Richards soon began to write their own songs. This core songwriting partnership would flourish in time; one of their early compositions, "As Tears Go By", was a song written for Marianne Faithfull, a young singer being promoted by Loog Oldham at the time. For the Rolling Stones, the duo would write "The Last Time", the band's third number-one single in the UK (their first two UK number-one hits had been cover versions). Another of the fruits of this collaboration was their first international hit, "(I Can't Get No) Satisfaction". It also established The Rolling Stones’ image as defiant troublemakers who were definitely not The Beatles.
"I wasn't trying to be rebellious in those days," Jagger told Stephen Schiff in a 1992 Vanity Fair profile. "I was just being me. I wasn't trying to push the edge of anything. I'm being me and ordinary, the guy from suburbia who sings in this band, but someone older might have thought it was just the most awful racket, the most terrible thing, and where are we going if this is music?... But all those songs we sang were pretty tame, really. People didn't think they were, but I thought they were tame."
The band released several successful albums including December's Children (And Everybody's), Aftermath, and Between the Buttons, but their reputations were catching up to them. In 1967 Jagger and Richards were arrested on drug charges and were given unusually harsh sentences: Jagger was sentenced to three months' imprisonment for possession of four over-the-counter pep pills he had purchased in Italy. On appeal Richards' sentence was overturned and Jagger's was amended to a conditional discharge, but the Rolling Stones continued to face legal battles for the next decade. Around the same time internal struggles about the direction of the band had begun to surface.
Their Satanic Majesties Request was released in 1967. Critics soundly panned the album, which many of them derided as a poor attempt to copy The Beatles'