Pas

Pas adalah grup yang memelopori gerakan indie label pertama di Indonesia, sebuah sistem pendistribusian kaset yang kini sudah menjadi bagian dari dinamika industri musik. Keteguhan mereka dalam mengibarkan idealisme telah menjadi inspirasi bagi sejumlah besar grup yang setia pada orisinalitas, tapi sulit mendapat peluang. Mereka memilih jadi musisi underdog daripada harus mengubah cita rasa musikalnya sekadar untuk mengikuti selera pasar.

Karena itu, untuk debut albumnya, Four Through The Sap, Pas memilih mengedarkan sendiri melalui jalur teman, studio-studio latihan mau pun lokasi tempat mereka melangsungkan pertunjukan. Wilayah distribusinya pun masih sebatas Bandung dan Jakarta. Namun berkat kegigihan tersebut, satu celah terbuka sudah. Tiras penjualanya yang mencapai 5000 copies akhirnya mengantarkan mereka pada kontrak dengan PT Aquarius Musikindo, salah satu major label terkemuka di Indonesia.

Berdiri di Bandung pada pertengahan tahun 1992, keunikan grup ini sudah terlihat dari cara mereka menggabungkan musik rock dengan lirik yang bernuansa sastra. Sebagian besar lirik memang ditulis Yukie, sarjana Sastra Jepang yang mantan dosen D3 Sastra Universitas Pajajaran Bandung (UNPAD). serta Trisno, lulusan Sastra Jerman dari universitas yang sama.

Di kalangan insan musik, Pas juga dikenal sebagai musisi yang memiliki skill tinggi dalam memainkan instrumen. Penampilan enerjik mereka di atas panggung telah mengundang decak kagum Dave Ghrol, pentolan grup Foo Fighter dari Amerika, saat mereka tampil sepanggung dalam Jakarta Pop Alternative Festival yang digelar di Parkir Timur Senayan, Jakarta, April 1994. Saat itu mereka mendapat kehormatan untuk mendampingi Foo Fighters, Beastie Boys dan Sonic Youth.

Pada Agustus 2000 Pas kembali berhasil mencuri perhatian ketika ambil bagian di Busan International Rock Festival (BIROF) yang berlangsung di Seoul, Korea Selatan, di hadapan sekitar 100.000-an penonton. Peserta lainnya ketika itu antara lain Dimmu Borgir dan Night Wish.

Pada 2001, Pas membuat kejutan dengan menggandeng penyanyi cewek sebagai guest vocal dalam Kesepian Kita, sebuah nomor balada dari album Ketika ….Album ini sempat mengundang kontroversi karena dianggap telah melenceng dari konsep musik mereka selama ini sebagai grup band yang agresif di atas panggung. Toh, langkah ini tidak menyurutkan jumlah penggemar mereka. Bahkan sebaliknya, semakin bertambah dengan muncul penggemar perempuan yang sebelumnya merupakan “mahluk asing” dalam setiap pertunjukan Pas.

Kejutan demi kejutan seperti tak pernah sepi setiap Pas meluncurkan album baru. Pada 2.0, misalnya, Pas mengaransemen ulang Yesterday milik The Beatles yang mashur itu menjadi lagu bercorak punk dan sekaligus menjadikan video clip-nya sebagai salah satu video clip yang paling sering diputar oleh MTV.

Kemudian setelah merekrut penyanyi cewek belia Tere dan merombak total Yesterday, kini Pas berkolaborasi dengan Reza, seorang diva R & B, lewat lagu Getir di albumnya yang ke-7, Stairway To Seventh. “Saya tertarik menerima tawaran dari Pas karena musik yang mereka bawakan selama ini sangat bertolak belakang dengan musik saya,” alasan Reza. “Ini sebuah tantangan.” Alasan yang kurang lebih sama meluncur dari Christopher Abimanyu, penyanyi tenor kenamaan negeri ini, saat diundang sebagai tamu dalam lagu Bayangan.

Berubah-ubah bentuk akhirnya menjadi bentuk dari konsep musik Pas itu sendiri. Namun semua itu tetap mengalir dalam benang merah idealisme. Dan perjalanan sang waktu telah menjadikan Pas sebagai ikon musik underground di Indonesia, meski perjalanan kreatif mereka telah keluar jauh dari bingkai komunitas tersebut.

pas-band.com

2 comments:

sibaho way said...

pas band emang keren. tidak terlalu industrialis. tapi tetap asyik.

Belajar Investasi said...

Kemana pas band sekarang yah? lagunya bagus2 loh ..