Gugun dan The Bluesbug

Lazimnya, perjalanan popularitas artis Indonesia merayap dulu di negeri sendiri untuk kemudian ”mendunia”. Namun, tidak demikian dengan Gugun dan grup musik blues-nya, The Bluesbug. Gugun memilih langsung ”mendunia” terlebih dahulu.
Gugun and The Bluesbug pada 25 Januari 2009 nanti akan ikut meramaikan ”Skegness Rock and Blues Festival”, festival musik blues tahunan di Inggris. Biasanya, tidak hanya pemusik-pemusik blues Inggris yang menjadi pesertanya, tetapi juga dari berbagai penjuru Eropa, seperti Swedia, Italia, dan juga Amerika Serikat.
Tentu, dari sekitar 30 peserta Skegness Blues kali ini, trio Gugun and the Bluesbug adalah satu-satunya penampil dari Indonesia, ”Bahkan mungkin satu-satunya dari Asia,” tutur Jon Armstrong, pemain bas The Bluesbug yang berkewarganegaraan Inggris. Penabuh drum di Skegness nanti adalah Adityo Wibowo alias Bowie (24).
Selama tiga pekan dalam Januari nanti, menurut Jon, Gugun, yang memang dikenal ”fanatik” bermain gitar blues sejak masih usia SMA ini, akan tampil dalam 20 pertunjukan di klub-klub musik blues di London, Manchester, Birmingham, dan Nottingham.
”Ini bukan pula kali yang pertama dia main di Inggris,” tutur Jon Armstrong (28), yang pernah menjadi guru bahasa Inggris di Jakarta, beristrikan perempuan Aceh, dan mempunyai dua anak ini.
Bulan Desember tahun 2007, Gugun yang bernama asli Mohammad Gunawan dan lahir di Duri, Riau, 22 November 1975, ini juga pernah melanglang bermain musik blues selama empat minggu di Inggris. Ketika itu, Gugun juga tampil dengan format trio, bersama Jon Armstrong dan penabuh drum asal Inggris, Tom Townsend.
Selama empat minggu, Gugun bermain di Burnly (dekat Manchester), Scarborough, dan tiga kali dalam seminggu tampil di sebuah klub blues di Crewe. Di sini, Gugun tampil berempat, dengan tambahan Al Lawrence sebagai pemain harmonika dan tamborin.
Petikan gitar blues Gugun mulai dilirik publik blues Eropa ketika dia tampil dalam ”Belfast Big River Blues and Jazz Festival”. Saat ia melakukan ”tur” keduanya pada Agustus 2008.
”Pete Barton (pemain bas grup musik terkenal, The Animals yang kebetulan juga agen Skegness Rock and Blues Festival), mengundang Gugun ke Skegness 2009,” cerita Jon Armstrong pula.
Ini tentunya kesempatan emas untuk memperkenalkan nama Indonesia di mata penggemar blues di Inggris.
Selain bermain di klub-klub blues di Birmingham, pada Agustus 2008 lalu Gugun juga mempertunjukkan kepiawaiannya bermain gitar blues di Oxford, Leeds, York, Rotherham (dekat Sheffield), serta ”Colne Great British R & B Festival” di dekat Manchester.
Selain di Inggris, menurut Gugun, ia juga pernah main di Kuala Lumpur, Malaysia, Maret 2008, serta Cheranting di Pahang. Ia tampil pula pada Blues Festival dalam rangka ”Singapore Art Festival 2008”.
Gugun juga mengisi ilustrasi musik dalam film laris Laskar Pelangi. Tentu saja lagunya berirama blues, Mengejar Harapan.
Permainan gitar Gugun memang bisa dikatakan mumpuni. ”Permainannya merupakan perpaduan antara (gitaris blues terkenal) Lenny Kravitz dan Jimi Hendrix, sambil ’menggendong’ Stevie Ray Vaughn,” ujar Jon berkias.
Ia melukiskannya demikian, lantaran Gugun tidak hanya piawai memetik gitar blues sembari memejamkan mata, tetapi juga piawai menyanyi lagu blues.
”Permainan gitarnya komplet. Gugun bisa memainkan blues, fusion, funk, dan soul. Dia bermain gitar dengan hati,” kata Jon memuji rekan mainnya yang sudah dia kenal sejak mereka suka bermain di klub-klub malam di kawasan Kemang, Jakarta, dan Bali, pada tahun 2003-2004.
Meski demikian, lantaran Gugun bermain di jalur indie (independen) dan tidak pernah rekaman lewat label besar, pria yang sudah menghasilkan dua album rekaman, Get the Bug (2004) dan Turn It On (2007), itu ”kurang dikenal luas” di negeri sendiri meski album rekamannya sebenarnya asyik didengar.
Bahkan, sejak tahun 1999-2003 pun Gugun sebenarnya sudah mulai ”jungkir balik” dengan gitar blues-nya di bawah nama De Gun. Ini dia lakukan setelah hijrah dari Riau ke Jakarta sejak tahun 1994.
”Studio Wave (dulu di Jalan Haji Nawi) sampai bangkrut gara-gara membiayai promo rekaman De Gun,” tutur Gugun, mengenai awal perjalanan musiknya yang sulit. Dalam 10 lagu dengan De Gun, ia bermain bersama Ardi (bas) dan Agung (drum).
Namun, di kalangan penggemar musik blues di klub-klub di Kemang, Jakarta, serta Seminyak dan Sanur, Bali, nama Gugun sudah cukup dikenal, terutama di kalangan ekspatriat yang mengunjungi tempat-tempat tersebut.
”Sering kami diundang untuk meramaikan pesta ulang tahun ekspatriat,” tutur Gugun.
Akhir November lalu pun, Gugun membuat terperangah pengunjung JakJazz 2008 ketika ia dan teman-temannya mengisi pentas luar festival tersebut bersama pemain keyboard senior, Abadi Soesman. Kepiawaiannya bermain blues membuat penonton saat itu tiga kali meminta tambahan lagu (encore).
Permainan gitar memang sudah menjadi kegemarannya sejak kecil. Bahkan, ketika ia masih duduk di kelas IV Sekolah Dasar Gadjah Mada, Duri, Gugun sudah keluar sebagai juara II dalam Festival Gitar Se-Provinsi Riau.
”Keluarga kami memang suka musik,” kata anak keenam dari enam bersaudara keluarga Ahmad Atam, pegawai perusahaan minyak Caltex di Riau ini.
Meski ayahnya lebih mengarahkan Gugun sebagai vokalis (menjadi juara festival lagu Melayu se-Kabupaten Bengkalis tahun 1986), ternyata dia lebih memilih bermain gitar.
Sejak duduk di bangku SMP, penggemar berat Iwan Fals, Ian Antono (gitaris band God Bless), dan almarhum penyanyi Gombloh ini, memang sudah memegang lead guitar di band sekolahnya.
Sempat lulus Akademi Bahasa Asing di Cikini, Jakarta, tahun 1997, Gugun mengaku, ”Perhatian utama saya memang bermain musik, bukan sekolah.”
Memang, sudah belasan lagu ia ciptakan dalam dua album rekaman Gugun and The Bluesbug maupun De Gun. Anda bisa menyimak permainannya lewat YouTube.
”Saya yakin, permainan dia akan mengejutkan publik musik blues di Skegness,” ujar Jon Armstrong lagi.
Tak hanya setia menemani Gugun bermusik, Jon ternyata juga mengagumi si ”Jimi Hendrix” dari Riau ini.

sumber : kompas.com

No comments: